Lahat Pos - Legislator DPRD Dapil 1 Lahat melakukan kunjungan reses ke kantor pajak KPP Pratama. Sejumlah hal penting ditanyakan wakil rakyat mulai dari kenaikkan PPN yang naik menjadi 12 persen, barang mewah atau jenis apa saja yang termasuk PPN, kemudian Coretax dan terkait pajak pertambangan mineral dan batubara di Lahat.
BACA JUGA:Puskemas Tombak Pelayanan ke Masyarakat
Ketua DPRD Lahat Fitrizal Homizi ST MSi MM mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan respon dari masyarakat terkait PPN 12 persen. Seperti contohnya distributor yang menjual pupuk dengan PPN 12 persen, kemudian reseler yang menjual kembali dikenakan 12 persen.
BACA JUGA:Sinar Sawit Perkasa Group Buka Lowongan? Yuk Kepoin
"Itu kan jadi 2 kali dari distributor ke reseler, sehingga masyarakat terakhir beli merasa tinggi. Nah produk yang ada, jadinya tidak mampu bersaing dengan produk produk lainnya," ujar Fitrizal.
BACA JUGA:Prediksi Harga Daging Sapi Melonjak Menjelang Ramadhan
Selain itu Fitrizal juga menyoroti bahwa pelaporan dan pembuatan faktur masih belum optimal alias sering trouble. Ia meminta informasi dari pihak KPP Pratama atas kaitan ini. Selain itu perlu adanya pembuatan NPWP lokal dari KPP Pratama untuk cabang lokal usaha seperti perusahaan batubara yang 60 persen menggarap potensi batubara, namun stokpile nya di kabupaten tetangga.
Sementara Wakil Ketua I DPRD Lahat Andriansyah SH mengatakan bahwa adanya potensi Pajak Bumi Bangunan (PBB) di sektor pertambangan. Selain itu ia juga menyoroti jumlah suplay bahan bakar untuk kendaraan industri di pertambangan cukup tinggi. "Seperti PT BAU, itu cukup besar dalam penggunaan solar industri," ujarnya.
Anggota DPRD Lahat Hj Sumiati SPd mengatakan potensi hasil alam kopi di Lahat cukup banyak, tapi ternyata banyak disalurkan ke tempat lain seperti di daerah Lampung.
"Kopi Lahat punya potensi luar biasa. Jadi kepada KPP Pratama ajak ibuk-ibuk petani ke daerah Lampung, di sana banyak pabrik. Sehingga biji kopi Lahat di olah sendiri dan ibuk-ibuk bisa membuat industri biji kopi menjadi produk olahan," ujarnya.
Anggota DPRD Lahat Sri Marhaeni Wulansih SH mengatakan program membuat pabrik kopi selama ini dikeluhkan karena belum ada. Kopi sekarang booming harganya sampai tembus Rp 70 ribu.