Benih Sapujagat

--

Tengah hari di sawah teriknya luar biasa. Suhu musim panas Hunan belum beranjak turun –meski di Beijing sudah mulai sejuk. Matahari Hunan masih terasa rendah: suhu udara di sawah itu 38 derajat. Saya pun diberi caping tani a-la Hunan. Caping yang terbuat dari batang padi –saya bawa pulang untuk kenangan: akan saya pajang di sebelah caping petani Mojokerto.

--

Pusat riset ini milik perusahaan. Milik PT Long Ping –diambil dari nama Yuan Longping. Yakni perusahaan yang berbisnis di bidang perbenihan. Prof Longping sebagai penemu benih unggulnya, mendapat saham lima persen di perusahaan itu.

Setelah Long Ping go public, nilai saham lima persen itu sudah triliunan rupiah.

Dari sawah kami kembali ke Changsha –ke kantor pusat perusahaan itu. Gedung Long Ping punya lobi besar. Di salah satu dindingnya foto Longping dipajang setinggi dan selebar dinding. Hitam putih. Di dinding lain dipajang layar digital yang besar sekali: Longping bersama Presiden Xi Jinping. Yakni saat Longping mendapat medali ''ilmuwan tertinggi Tiongkok''.

--

Lobi itu dipenuhi display perjalanan Long Ping sampai menjadi seperti sekarang. Banyak rombongan dari luar negeri studi banding ke Long Ping. Saat saya di lobi, serombongan dari Uganda tiba. Sekitar 20 orang.

Di Tiongkok ilmu benih melahirkan perusahaan raksasa. Ilmuwan yang puluhan tahun bergelut lumpur di sawah bisa menjadi triliuner. (Baca Juga soal Longping: Andreas Longping). 

Longping tentu tidak hafal doa sapujagat. Tapi ia selamat dunia akhirat. Di dunia ia jadi kaya. Di akhirat pahala menghindarkan ratusan juta orang dari kelaparan mestinya membuatnya masuk surga.

Apalagi Longping tidak bisa bahasa Arab. Ia tinggal geleng kepala ketika ditanya: man robbuka! (Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan