Ismet Taher: Saatnya Meninjau Ulang Peran Forum Desa

Pengamat Sosial Lahat, Ismet Taher SH-Koranlapos.com-

Koranlapos.com – Ismet Taher, pengamat sosial Kabupaten Lahat menghela napas panjang sebelum memulai percakapan. Sorot matanya dalam. Kalimat-kalimat yang keluar darinya tidak tergesa. Tapi ada nada jenuh, dan sekaligus geram di balik setiap jeda.

"Penggunaan dana desa itu," katanya pelan, “ngalirnya sudah kemana-mana. Keperuntukan lain,” Ia tidak menyebut tapi arah pembicaraan jelas. Ada aliran yang tidak wajar. Ada mekanisme yang tidak utuh.

Menurut Ismet, ini bukan soal dua atau tiga orang. Tapi sistem yang terlalu lama dibiarkan tumbuh tanpa kontrol.

“Kalau saya pribadi, jujur, lebih setuju, ya, forum-forum semacam itu sebaiknya dibubarkan saja,” katanya merujuk pada salah satu Forum Kepala Desa yang beberapa hari terakhir ikut terseret dalam pusaran. “Kalau memang keperluan koordinasi, kenapa tidak langsung melalui pemerintah daerah?” cetusnya.

Ia menyinggung bagaimana dana-dana desa yang sejatinya diperuntukkan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat kerap diduga diselewengkan lewat celah anggaran ganda. Antara dana desa, sampai CSR, semuanya jadi kabur ketika dicampur-adukkan.

BACA JUGA:OTT Dana Desa di Lahat, Ketua dan Bendahara Forum Kades Jadi Tersangka

Baginya, ini bukan sekadar salah urus. Tapi juga salah niat. Ismet tak berhenti sampai di situ. Ia menyinggung filosofi otonomi desa yang mestinya membawa kemajuan, bukan keributan. Tapi realita di lapangan, katanya, justru sebaliknya.

“Saya pernah tanya, kapan itu terakhir meranking desa-desa terbaik? Mengevaluasi pemanfaatan anggaran? tak ada,” katanya. “Jadi jangan heran kalau energi desa habis di tempat. Jalan di tempat.” tuturnya.

Ia lalu menyinggung undang-undang desa. Revisi demi revisi. Tapi praktik di lapangan tetap ugal-ugalan. “Dipilih langsung oleh rakyat, tapi tanggung jawab ke rakyatnya minim. Padahal kepala desa itu pejabat publik.”

Tak bisa dipungkiri, menurutnya, forum-forum semacam Forum Kades kerap jadi kendaraan politik. Apalagi menjelang Pemilu.

“Forum-forum itu kadang pegang suara desa. Dan itu bukan rahasia lagi.”

Ia menyebut banyak kelompok yang dibentuk dengan nama kekeluargaan, bahkan organisasi profesi desa, tapi tujuan akhirnya tetap sama: konsolidasi suara.

“Sudah terang-terangan. Yang muda-muda juga tahu. Semua dipegang, semua diarahkan, semua dihitung,” katanya.

Di akhir perbincangan, Ismet menegaskan: dirinya tak anti-desa. Justru sebaliknya. Ia ingin desa maju. Tapi bukan dengan cara yang sekarang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan