Dampak Teknologi dan Ekonomi pada Penjual Mainan Keliling

Dampak Teknologi dan Ekonomi pada Penjual Mainan Keliling--

KORANLAPOS.COM - Pemandangan ramai anak-anak yang mengerubungi pedagang mainan di depan gerbang sekolah kini tak seramai dulu.

Penjual mainan keliling yang biasa mangkal di sekitar lingkungan sekolah di Kabupaten Lahat mengatakan adanya penurunan jumlah pembeli. Kondisi ini cukup mempengaruhi pendapatan mereka yang bergantung pada penjualan mainan anak-anak.

Seorang pedagang mainan anak-anak, Rahmat (55), yang sudah berjualan selama lebih dari 15 tahun, merasakan langsung dampak perubahan ini.

Dengan gerobak sederhananya, ia menjajakan berbagai jenis mainan mulai dari harga Rp 2.000-an seperti yoyo dan mobil-mobilan kecil, hingga mainan edukasi sederhana seharga Rp 15.000-an.

"Dulu, alhamdulillah lumayan ramai. Pulang sekolah, anak-anak pasti pada mampir, kadang sampai desak-desakan milih mainan," jelasnya.

Namun, kondisi saat ini berbeda jauh. Menurut Rahmat, dalam sehari ia seringkali hanya bisa menjual sedikit mainan. 

"Kadang sampai sore cuma laku tiga atau empat mainan. Padahal dulu, bisa puluhan mainan laku," tambahnya.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab sepinya pembeli. Salah satunya adalah peningkatan harga kebutuhan pokokyang membuat orang tua lebih mempertimbangkan pengeluaran. 

"Mungkin orang tua mikir-mikir lagi mau belikan mainan, apalagi sekarang serba mahal. Uang jajan anak juga mungkin jadi lebih sedikit," tuturnya.

Selain itu, kemajuan teknologi juga disebut-sebut turut berperan. Banyak anak-anak kini lebih tertarik bermain game di ponsel pintar ketimbang mainan fisik. 

"Dulu kan hiburan anak-anak ya mainan. Sekarang banyak yang sibuk sama HP-nya," pungkasnya.

Rahmat berharap kondisi ini tidak berlangsung lama. Ia tetap setia menjajakan mainannya setiap hari, berharap ada sedikit rezeki yang bisa dibawa pulang untuk keluarganya. 

"Ya bagaimana lagi, ini satu-satunya mata pencarian saya. Semoga saja nanti pembeli bisa ramai lagi," harapnya.

Situasi yang dialami Rahmat ini, menggambarkan tantangan yang dihadapi para pedagang mainan kecil lainnya di Kabupaten Lahat, yang kini harus beradaptasi di tengah perubahan kebiasaan anak-anak dan kondisi ekonomi. (Tiara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan