Mengenal Sosok Sri Amala Dewi, Sang Pelestari Seni Tenun

Minggu 29 Sep 2024 - 22:48 WIB
Reporter : Yan
Editor : Zki

Motif ini mengangkat kearifan lokal terutama motif pahatan yang ada di ghumah baghi seperti motif pucuk rebung, bunga kunyit, ijat lubai, mate punai, mate langgai, bintang bekurung, bintang betabur dan ulat panggang.

 

Mala menyambut kedatangan kami dengan ramah dan suka cita serta bercerita sejak awal dia ikut pelatihan menenun hingga sekarang sudah menjadi seorang penenun. 

 

“Aku senang nian bisa menenun perlung ini apalagi yang mau belajar aku senang ngajarin,” kata Mala dengan senyum cerianya. 

 

Kain tenun yang berkembang di Kabupaten Lahat sejak masa Hindia Belanda disebut dengan kain perelung atau perlung. 

 

Saat ini kain Perlung yang lama sudah tidak ditemukan lagi di Lahat karena sejak masa kolonial kain ini sudah menjadi primadona dan barang koleksi orang-orang Belanda.

 

“Puncaknya dicari oleh para kolektor orang Indonesia yang datang ke desa-desa di Kabupaten Lahat,” tutur Mala sambil tangannya tetap melakukan gerakan menenun. 

 

Pada awalnya kain Perlung ini hanya dimiliki dan dipakai oleh kalangan tertentu saja karena pembuatannya yang sulit dan rumit juga harganya yang mahal. 

 

“Aku nenun kain perlung ini kalo ade pesanan karena kalau aku buat stock kain perlung ini dan tak laku kan rugi kata Mala. Satu set benang yang sudah dipasang di alat tenun ini dapat menghasilkan satu motif untuk tiga kain perlung yang dikerjakan selama satu bulan,” ucapnya.

 

Kategori :