1. Tawarkan pelukan kepada anak
Sesekali tawarkan pada anak pelukan ataupun ciuman untuk memberikan rasa nyaman, jangan dipaksa jika sang anak menolak.
2. Bersikap konsisten
Bersikap konsisten terhadap kesepakatan di awal agar sang anak belajar memahami bahwa teriakan dan amarah tidak akan memberikan solusi apapun dan menjadi senjata si kecil pada kemudian hari.
3. Berikan ruang dan waktu untuk anak
Saat meluapkan amarahnya sering kali anak berguling-guling di lantai sambil memukul atau melempar sesuatu. Sebaiknya kita menempatkan anak di tempat yang aman dan terhindar dari keramaian. Apabila sedang berada di mall, bisa di bawa ke pojokan atau ke pinggiran took yang tidak terlalu ramai. Berikan waktu pada anak untuk bisa meregulasi rasa marahnya.
BACA JUGA:Sembilan Perusahaan Punya Penghasilan Belimpah, Nomor Terakhir Pemimpin Pasar Perangkat Lunak
BACA JUGA:Sembilan Perusahaan Punya Penghasilan Belimpah, Nomor Terakhir Pemimpin Pasar Perangkat Lunak
4. Dengarkan anak dan jangan berargumentasi
Tetap usahakan komunikasi dua arah yang lembut terhadap anak, tanyakan apa yang ia mau dan validasi perasaannya. Contoh: “Adek mau apa? Oh, adek mau main di playground? Oh, iya Bunda paham adek sedang kesal karena bunda tidak izinkan ya.” Jangan sepelekan perasaan si anak dengan mengatakan “ah kamu gitu aja nangis” karena ini akan sangat menyakiti hatinya.
Si kecil sedang belajar mengenali apa yang sedang terjadi terhadapnya dan tugas Aybun sebagai orang tua untuk membantu ia memahami apa yang sedang ia rasakan.
5. Posisikan tubuh kita selevel dengan anak
Saat sedang berbicara dengan anak sebaiknya kita berada pada level yang sama dengan tinggi badan anak kita, kita bisa berdiri menggunakan lutut ataupun berjongkok. Dengan begitu kita bisa berkomunikasi dengan anak sejajar dengan matanya dan sang anak tidak merasa terintimidasi jika kita berada pada posisi yang lebih tinggi darinya.
6. Mengidentifikasi penyebabnya
Diperlukan komunikasi dua arah yang efektif agar Aybun memahami penyebab marahnya dan akan lebih mudah untuk menenangkan sang anak. Hal ini memang akan lebih sulit dilakukan terhadap anak yang belum lancar berbicara. Terkadang anak suka merasa kesal jika kita tidak memahami perkataannya, maka arahkan anak untuk mempraktekkan apa yang ingin dia lakukan.
BACA JUGA:Kementerian BUMN Dukung PLN Lanjutkan Transformasi Bisnis, Setor Dividen Rp3,09 Triliun