Walalupun, tambah dia, tidak seluruh jamaah bisa mencapai ibadah yang ideal. Misalnya, ada beberapa jamaah haji lansia yang tidak bisa melaksanakan Arbain secara penuh ketika di Madinah atau ada juga sebagian jamaah haji yang tidak bisa mabit di Muzdalifah karena kondisinya tidak memungkinkan, dan akhirnya mereka harus murur atau numpang lewat untuk bergerak secara cepat menuju Mina.
"Jadi tugas dari konsultan ibadah itu membantu agar jamaah haji bisa melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ketentuan syariah," kata Kiai Moqsith. (*)
Baca Juga Berita :
Madinah Kaya Situs Sejarah, Yuk Simak
KORANLAPOS.COM - Kota Madinah sangat kaya dengan situs bersejarah yang sering dikunjungi baik oleh jemaah umrah dan haji, maupun penduduk Arab Saudi. Kota ini mengingatkan mereka akan sejarah Nabi Muhammad saw dan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Salah satu situs di Madinah adalah Masjid Qiblatain. Masjid ini terletak sekitar 7 km di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di bekas rumah Bani Salamah.
Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama yang menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (Palestina), dan kiblat kedua yang menghadap ke ka'bah di Masjidil Haram, Makkah.
Dikutip dari Arabnews, masjid ini dibangun oleh Sawad bin Ghanam bin Kaab pada tahun kedua hijriah, tempat ini secara historis menjadi penting bagi umat Islam karena di sanalah turunnya wahyu Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad untuk mengubah arah kiblat.