LAPOS, Lahat - Kantong habitat jambul nanti patah, membentang melingkupi lima daerah di Sumatera Selatan. Yakni dari Kota Pagaralam, dan empat kabupaten lainnya. Lahat, Muara Enim OKU hingga OKU Selatan.
Selain itu, kantong habitat ini memiliki kekayaan genetik yang tinggi. Termasuk key species Harimau Sumatera serta salah satu hutan dengan kondisi terbaik di Indonesia.
"Jadi perlunya dibentuk forum kolaborasi dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati," ungkap Kepala BKSDA Sumsel Wilayah II Lahat, Yusmono S.Hut MSi.
Apalagi, lanjut dia pernah terjadi konflik antara manusia dan harimau di kantong habitat tersebut. Untuk itu perlu antisipasi konflik harimau ke depannya, dan tidak ada yang dirugikan. Baik dari pihak harimau dan manusia. Maka perlu adanya upaya mitigasi. Agar tidak terjadi konflik harimau dan satwa lainnya. "Maka perlu kolaborasi semua pihak dan stakeholder yang ada. Apalagi kantong ini wikayah empat kabupetan dqn satu kota. Lalu wilayah lima KPH dan izin dua perusahaan," sampainya.
Sementara ditambahkan Kepala UPTD KPH Wilayah XI Kikim Pasemah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Wahyu Pamungkas, S.Hut., M.AP. Menurutnya, bahwa diperlukan pendekatan forest triangle untuk mengelola kawasan hutan yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial.
Pentingnya sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melalukan aktifitas ilegal di dalam kawasan hutan baik berupa perambahan, pembalakan, maupun perburuan liar.
Menurut pandangannya, bahwa permasalahan deforestasi (kerusakan hutan) disebabkan oleh perambahan, pembalakan liar, dan alih fungsi hutan untuk perkebunan.
Hal ini dilatari oleh motif ekonomi dimana pelaku menjadikan hal tersebut sebagai sumber penghasilan. Untuk itu, kebijakan pengelolaan kawasan hutan perlu mempertimbangkan dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.
Salah satu contohnya adalah pada kegiatan rehabilitasi hutan yang menggunakan tanaman produktif yang bernilai ekonomi tinggi dan pelibatan tenaga kerja lokal, maka bisa jadi penghasilan tersendiri bagi warga.