Saya pun mengingat masa kecil dengan keras: jangan-jangan pernah diajarkan. Rasanya tidak. Saya yakin itu, karena pengertian saya, Al Furqan adalah nama lain Alquran. Padahal di pertanyaan nomor tiga sudah ada: apa kitab pedoman kamu. Jawabnya: 我的经典是古勒儿阿尼. Arabnya: Alquran.
Tapi jawaban dalam bahasa mandarin itu membingungkan saya. Karena di masa kini bahasa mandarinnya Quran adalah: 古兰经 (Gǔ lán jīng).
Saya tidak tahu apakah penulis buku tersebut salah paham. Atau ketika buku lungset itu ditulis belum ada standardisasi penulis Quran dalam bahasa mandarin.
Lama saya berhenti di halaman itu. Setelah mendekati waktu salat saya baru cepat-cepat membuka halaman berikutnya. Ternyata ada petunjuk teknis beberapa salat sunnah ¬–kalau dikerjakan dapat pahala, kalau tidak dikerjakan tidak berdosa.
Jenis salat sunnahnya ternyata lebih banyak. Ada salat sunnah adzin dan salat rasuli.
Lalu ada petunjuk mengucapkan niat salat wajib. Termasuk salat Jumat. Bacaan niat salatnya agak beda dengan waktu kecil saya: usali lillahi salatan fardu Jumatan muktadiyan bil imam.
Masjid pun penuh. Hanya sedikit orang asingnya –rupanya tidak ada universitas besar di kawasan ini. Tidak ada mahasiswa asing –dari Pakistan atau India– yang sering saya lihat di masjid lain.
Anda tidak perlu membaca tulisan saya di atas. Minggu ini banyak bacaan yang lebih menarik di medsos: perbandingan pajak sepeda motor di Malaysia dan di Indonesia. Rujak dari Malaysia kelihatannya lebih gurih bagi para gubernur di Indonesia.(Dahlan Iskan