Setiap kali saya terhubung dengan Dahlan, ia bertanya keadaan Aceh. Terakhir kali ia meneruskan sebuah pesan tentang Thai canal atau Terusan Kra, analisis geopolitik dan Aceh.
Saya jadi teringat Teuku Mahfud, di PIN Komputer miliknya, sembari menunggu hard disk terisi penuh, kami mendiskusikan hal itu, delapan belas tahun lalu.
"Dulu pasca tsunami, imaginasinya seperti itu, Abah. Terusan Kra bisa memberikan dampak positif untuk Aceh. Tetapi kita sadar kemajuan bukan hanya sekadar berada dalam jalur maritim. Lagi-lagi dibutuhkan kepemimpinan semacam "Deng Xiaoping" kecil, tapi versi bersyariat dan pro dengan moderenisasi."
"Saya setuju dengan Anda".
Seminggu ini banyak yang bertanya, informasi tersebar di media: Dahlan Iskan tersangka, yang nyatanya belum ada keterangan resmi. Di negara hukum, langkah-langkah penegakan hukum mesti dihormati. Selain adanya kewajiban penegak hukum untuk melindung hak-hak seluruh pihak, sebagaimana makna due process of law yang kita pahami.
Apa pun yang sempat mendera Dahlan sebelum ini, terbukti tidak meruntuhkan karakter dan reputasinya. Justru ia terus hidup dalam setiap kata dan dalam silaturahminya, pada setiap tempat yang memuliakan pikiran, kebaikan dan kemanusiaan.
Sebagai umat beragama, kita meyakini, ujian bisa mendatangi orang-orang beriman, dan bisa mendatangi orang-orang baik. Sebaik-baiknya manusia dan seberat-beratnya yang diuji adalah nabi dan rasul.
Bahkan salah satu ulama yang paling mashsyur, Imam Ahmad bin Hanbal pernah dipenjara karena memilih jalan berbeda, sehingga menerima tekanan dan berbagai penyiksaan. Tapi namanya tidak saja harum sepanjang masa, melainkan menjadi salah satu mazhab atau metode dalam fiqih.