Inilah Kesultanan Aceh, Sejarah dan Warisan Budaya

Masjid Baiturrahman Banda Aceh, merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Aceh, Sumber Instagram.--

KORANLAPOS.COM - Kesultanan Aceh, yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera, merupakan salah satu dari kerajaan Islam tertua dan paling kuat di Asia Tenggara. 

Berdiri pada abad ke-16, kesultanan ini memainkan peran penting dalam sejarah perdagangan dan Islamisasi di wilayah ini. 

BACA JUGA:Pemandangan Kurang Bagus ! Taman Kota Jadi Tempat Pembuangan Sampah di Empat Lawang

Berikut adalah paparan singkat tentang sejarah, budaya, dan warisan Kesultanan Aceh.

Kesultanan Aceh didirikan sekitar abad ke-16 Masehi oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Pada puncak kejayaannya, kesultanan ini menguasai sebagian besar wilayah Sumatera Utara dan pantai barat daya Semenanjung Malaya. 

Aceh dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam, yang menjadi komoditas berharga pada masa itu.

BACA JUGA:Jumlah Santunan ASN Pensiun di Lahat Tahun Ini Sebanyak 197 Orang

Salah satu momen paling terkenal dalam sejarah Aceh adalah perlawanan mereka terhadap penetrasi kolonialisme Eropa, terutama oleh bangsa Portugis dan Belanda. 

Perlawanan ini mencerminkan kekuatan militernya yang tangguh dan komitmen untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.

Selain itu kesultanan Aceh tidak hanya dikenal karena kekuatan militernya, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan keilmuan. 

BACA JUGA:Asal Mula Bakso, Jejak Sejarah dan Perkembangannya

Di bawah perlindungan kesultanan, Islam berkembang pesat di wilayah ini, dengan pendirian madrasah dan institusi pendidikan lainnya yang berkontribusi pada penyebaran agama dan pengetahuan.

Arsitektur Aceh, terutama Masjid Baiturrahman di Banda Aceh, menjadi ikonik dalam desain masjid di Indonesia. 

Masjid ini juga menjadi simbol perlawanan Aceh terhadap kolonialisasi Belanda, yang mengalami kerusakan parah selama Perang Aceh.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan