Nada yang Tak Boleh Padam: Kisah Lagu-Lagu Daerah Lahat

Tokoh seni Lahat, Diki S Wachid, saat berbagi pandangan tentang pentingnya menghidupkan kembali lagu-lagu daerah agar tetap dikenal dan dicintai lintas generasi.-Koranlapos.com-

KORANLAPOS.COM - Tokoh seni Lahat, Diki S Wachid S.Kom menilai sudah saatnya warisan musikal daerah lebih dibangkitkan kembali. “Kita mulai dari lagu-lagu daerah Lahat. Lagu kita ini banyak. Ada yang berbahasa Lahat, ada juga yang kental dengan ciri khas daerah. Sayangnya, banyak yang sudah jarang dirilis. Bahkan, beberapa lagu dikira berasal dari daerah lain,” ujarnya.

Diki mencontohkan beberapa karya yang selama ini dianggap bagian dari khazanah musik Lahat, namun ternyata memiliki akar dari luar daerah. Lagu Nasib Badan berlirik Bebuah Salak Seghumpun, misalnya, kerap dinyanyikan di Lahat, tetapi sesungguhnya berasal dari Baturaja, Sumsel.

Di sisi lain, ada pula lagu yang menjadi simbol kuat identitas Lahat, seperti Dirut. Lagu ini memiliki sejarah panjang dengan penciptanya. “Lagu Dirut ini sempat dipopulerkan kembali oleh almarhum bapak Ismet Inounu mantan Ketua Dewan Kesenian Lahat (DKL). Beliau sangat paham sejarah lagu itu, tapi sayangnya beliau sudah tiada,” kata Diki.

Lagu Li Bagian adalah contoh lain dari warisan musik Lahat yang kini jarang terdengar. Bukan karena tidak disukai, melainkan kurangnya kesempatan untuk dipentaskan. Ada pula karya legendaris seperti lagu Ribang Kemambang, yang sering disebut orang dengan lirik Petang-Petang. “Lagu ini sering dilombakan,” ujarnya.

Tidak semua lagu daerah Lahat berusia puluhan tahun. Sejumlah karya baru lahir dari tangan musisi lokal yang masih aktif berkarya. Diki menyebut nama-nama seperti Yan Sapran, Anca, dan Suwarni Daud sebagai sosok penting yang menjaga api kreativitas tetap menyala.

“Banyak lagu mereka yang sudah populer. Mereka ini tergabung di Dewan Kesenian Lahat,” katanya.

BACA JUGA:Melestarikan Musik Guritan, Warisan Seni Tutur Suku Besemah

Dikatakannya, bahwa almarhum Adehan juga menjadi salah satu tokoh penting dengan karya seperti Cungak'i Bulan dan Tantilah Aku. Kemudian ada Suwarni Daud ciptakan lagu Sawe Melile. Sementara Yan Safran, berjudul lagu Jauh Dirantau. Kemudian ada juga tokoh seni lainnya yang melahirkan karya berjudul Halimah Gadis Kule.

Menurutnya, ada sesosok tokoh Anca, musisi yang juga produktif, dikenal lewat lagu Umak dan Rasan Dek Jadi, yang sering dibawakan dalam lomba-lomba seni. “Lagu-lagu ini punya potensi besar untuk maju. Alhamdulillah, sekarang setiap ada lomba, baik lagu lama maupun baru, semuanya diikutkan,” tutur Diki.

Menurutnya, lomba lagu daerah adalah salah satu cara paling efektif untuk memperkenalkan musik tradisional kepada generasi muda. Di Lahat, ajang ini rutin digelar oleh berbagai pihak, mulai dari dinas pariwisata, dinas pendidikan, dewan kesenian, hingga organisasi kemahasiswaan.

“Bahkan kemarin ada lomba lagu daerah yang diadakan Ikatan Mahasiswa Lahat. Lagu yang dilombakan itu mencakup karya lama dan garapan baru,” katanya.

Peserta lomba datang dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar SMP, SMA, hingga masyarakat umum. Diki menilai, keterlibatan pelajar sangat penting karena membuat mereka mengenal lagu daerah sejak dini. “Kalau sering dinyanyikan, otomatis lagu itu akan terbiasa di telinga masyarakat Lahat. Dan lama-lama akan booming lagi,” ujarnya.

Upaya Pemerintah dan Adaptasi Budaya

Pemerintah Kabupaten Lahat juga mengambil langkah kreatif dengan memutar lagu-lagu daerah di titik-titik lampu lalu lintas. Setiap kali kendaraan berhenti, terdengar alunan Dirut, Sayang Selayak, atau lagu khas Lahat lainnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan