Dahlan Iskan Di Mata Orang Aceh

(Foto: Dahlan Iskan di Mesjid Baiturrahim Ulee Lheu)--

 

Apa pun yang sempat mendera Dahlan sebelum ini, terbukti tidak meruntuhkan karakter dan reputasinya. Justru ia terus hidup dalam setiap kata dan dalam silaturahminya, pada setiap tempat yang memuliakan pikiran, kebaikan dan kemanusiaan.

 

Sebagai umat beragama, kita meyakini, ujian bisa mendatangi orang-orang beriman, dan bisa mendatangi orang-orang baik. Sebaik-baiknya manusia dan seberat-beratnya yang diuji adalah nabi dan rasul. 

 

Bahkan salah satu ulama yang paling mashsyur, Imam Ahmad bin Hanbal pernah dipenjara karena memilih jalan berbeda, sehingga menerima tekanan dan berbagai penyiksaan. Tapi namanya tidak saja harum sepanjang masa, melainkan menjadi salah satu mazhab atau metode dalam fiqih.

 

Dahlan memang bukan nabi dan rasul, bukan pula ulama. Masih hidup dan tidak maksum. Tapi ia pernah tulus bekerja untuk negara dan bangsa. Ia rela meninggalkan tempat yang ia besarkan dan telah memberikannya lebih dari rasa cukup dengan risiko tak pernah bisa kembali lagi ke posisi itu selamanya.

 

Dalam dunia penulisan dan pers ia memberi pengaruh bagi generasi muda untuk terus belajar, gaya menulisnya seperti menjadi mazhab baru dalam kurikulum menulis. Penulis sekaligus Pengamat Politik Aceh Risman Rachman pernah mengatakan, dalam menulis, ia ikut dipengaruhi oleh gaya menulisnya Dahlan. Risman adalah guru bagi penulis muda di Aceh.

 

Di masa ia dalam pemerintahan, Dahlan menjadi solusi untuk setiap harapan, untuk setiap perjuangan tokoh-tokoh Aceh yang merasa perlu menghadirkan terminal penyimpanan dan regastifikasi Arun.

 

Diakui Mantan Wakil Ketua Tim Pemantau Otsus Aceh dan Papua DPR RI, Marzuki Daud, rakyat Aceh bersyukur atas terwujudnya pembangunan terminal gas Arun tersebut. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan