Bukhari Sukarno

--

(Pementasan teater Imam Al-Bukhari & Sukarno di Surabaya.-FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN Disway 

 

Saya terkesan dengan cara Bung Karno dan para menterinya laku ndodok di makam itu. Termasuk menteri J. Laimena yang bukan Jawa dan bukan Islam. Sutradara Ahmad Fauzi dan produser Restu Imansari berhasil menciptakan adegan ''laku ndodok'' dengan uniknya –lebih unik dari aslinya.

 

Yang juga baru bagi saya adalah ini: Bung Karno berzikir di makam itu lama sekali. Sampai ada adegan seorang menteri mendekati Bung Karno, menepuk bahunya, dan mengingatkan ''hari sudah pagi''. Berarti khusyuk sekali Bung Karno di makam itu. Sepanjang malam. Sampai tidak ingat waktu.

 

Peristiwa Bung Karno ke makam Imam Bukhari lantas menjadi seperti legenda. Di Indonesia. Juga di Uzbekistan. Sampai ada narasi ''Bung Karno''-lah yang menemukan makam Imam Bukhari –secara tidak langsung.

 

Zaman itu Islam ditumpas habis di Uni Soviet. Termasuk di Uzbekistan. Masjid-masjid dihancurkan. Apalagi madrasah. Makam Imam Bukhari sendiri menjadi seperti makam telantar.

 

Itu hanya sebagian benar. Banyak madrasah dan masjid peninggalan Ulugh Begh yang sebenarnya dihancurkan oleh Islam sendiri –yakni aliran Islam ekstrem yang tidak setuju dengan Islam liberal zaman Ulugh Begh.

 

Ini rupanya mirip dengan lahirnya gerakan Imam Al Ghazali sebagai reaksi atas kebablasannya Islam liberal di zaman keemasan Abbasyiah.

 

Sebagai teater, Imam Al-Bukhari dan Sukarno memang seperti pamflet, tapi tetap menarik. Apalagi hanya satu jam. Kalau pun membosankan toh tidak lama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan