Bukhari Sukarno

--

 

(Pementasan teater Imam Al-Bukhari & Sukarno di Surabaya.-FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY)

 

Panggung dibuka dengan latar belakang galaxy jagad raya. Saya paham mengapa dipilih latar belakang seperti itu: di masa lalu Samarkand dipimpin seorang amirul mukminin yang sekaligus ahli astronomi terkemuka dunia dan ahli matematika: Ulugh Begh. Ulugh Begh sendiri artinya ''Amirul Akbar''. Pemimpin besar.

 

Adegan teater ini dimulai dengan tiga ulama Bukhara yang tafakur di keheningan malam gulita. Tiga ulama itu dimainkan oleh aktor asli dari Uzbekistan –seluruhnya ada tujuh orang.

 

Adegan kedua: sidang kabinet Indonesia di tahun 1956. Presiden Sukarno membahas undangan pemimpin tertinggi Uni Soviet Nikita Khrushchev.  Presiden Sukarno menolak undangan itu: masih harus fokus di persoalan dalam negeri. Undangan kedua juga ditolak. Baru di undangan ketiga Bung Karno bersedia dengan syarat: Uni Soviet harus mencari sampai ketemu, di mana makam Iman Al-Bukhari.

 

Pemerintahan komunis Uni Soviet akhirnya menemukan makam itu: di Bukhara. Dekat kota Samarkand. Di Uzbekistan. Saat itu Uzbekistan masuk wilayah Uni Soviet.

 

Rupanya Bung Karno terpengaruh oleh buku-buku agama yang dikirim ulama terkenal: A. Hasan. Bung Karno sendiri saat itu sedang dibuang Belanda di Ende, NTT. Ia banyak waktu untuk membaca. Saat ke rumah pembuangan itu lebih 10 tahun lalu saya bisa membayangkan di mana Bung Karno membaca buku-buku kiriman dari sahabatnya.

 

Bung Karno juga saling bersurat tentang pemikiran keagamaan dengan A. Hasan.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan