KORANLAPOS.COM - Buah jengkol, atau dikenal secara ilmiah sebagai Archidendron pauciflorum, adalah buah yang berasal dari tanaman tropis yang tumbuh di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia.
Meskipun memiliki rasa yang khas dan aroma yang kuat, buah ini menjadi favorit di banyak masakan tradisional.
BACA JUGA:Ini Loh Jam Gadang, Lambang Kebanggaan Kota Bukittinggi
Buah jengkol memiliki ciri khas berbentuk lonjong, dengan kulit yang keras dan berwarna hijau kecoklatan saat matang.
Daging buahnya berwarna putih dan berbiji, dan setiap biji berada di dalam kantong daging buah yang lembut.
Buah jengkol sering kali diolah dengan cara direbus atau digoreng sebelum dijadikan bahan masakan. Rasa dari buah ini cukup kuat dan khas, yang memberikan sentuhan unik pada hidangan.
BACA JUGA:Ini Manfaat dan Penggunaan Bawang Putih dalam Kesehatan dan Kuliner
Di Indonesia, jengkol biasanya dimasak sebagai sambal atau digoreng dengan bumbu rempah untuk menambahkan cita rasa pada masakan.
Meskipun populer dalam kuliner tradisional, buah jengkol juga memiliki beberapa kontroversi terkait dengan efek gas berlebih setelah dikonsumsi.
Namun, di sisi lain, jengkol juga diketahui mengandung serat yang baik untuk pencernaan serta nutrisi penting seperti protein, zat besi, dan fosfor.
BACA JUGA:Kejayaan Islam di Maroko, Sejarah, Kebudayaan, dan Warisan
Di pasar tradisional Indonesia, buah jengkol dapat ditemukan dalam bentuk segar atau kemasan siap saji.
Selain itu, buah ini juga memiliki peran dalam budaya lokal, sering kali dianggap sebagai bagian dari warisan kuliner yang kaya di Indonesia.
Buah jengkol tidak hanya dikenal karena rasa dan aroma khasnya, tetapi juga karena manfaat kesehatan dan perannya dalam masakan tradisional.
BACA JUGA:Prediksi Selesainya Terowongan Bawah Laut IKN, Jaraknya Hubungkan Balikpapan dan Samarinda,