Ditemukan ditepi Sungai Tatang yang bermuara ke Sungai Musi, tepatnya di Kampung Kedukan, Kelurahan Tigapuluh Lima Ilir, Kecamatan Ilir Barat Dua Palembang.
Berisi: "Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682). Kemudian berangkat lagi dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara.
Rombongan lalu tiba di Muka Upang (Desa Muka Upang di muara Sungai Musi, sebelah timur Palembang). Lega gembira datang 'marwuat wanua' (mendirikan pemukiman/kampung) tanggal 5 Asada (16 Juni). Sriwi jaya Jaya Siddhayatra Subhiksa ni ! (Sriwi jaya jaya kemenangan yang gilanggenmilang !)".
Tanggal 16 Juni inilah kemudian di jadikan patokan hari lahir Kota Palembang (pemukiman/wanua yang didirikan oleh Dapunya Hyang) sesuai lokasi ditemukannya prasasti ini di Kota Palembang.
Prasasti asli yang mengandung nilai sejarah kota Palembang tersebut, kini telah diletakkan di dalam ruangan gedung A lantai 1 Museum Nasional Jakarta bersebelahan dengan Prasasti Telaga Batu. Replikanya banyak tersebar di beberapa Museum di Kota Palembang, sobat bisa jumpai di Museum Sriwi jaya dan Museum Negeri Balaputeradewa.
Berikut, beberapa fakta terkait prasasti kedukan bukit :
1. Manuskrip (naskah) tertua di Nusantara yang menuliskan tarikh/penanggalan jelas mengenai 'akta kelahiran' (birth certificate) pendirian kota pemukiman/wanua/banua - Bandar Palembang.
2. Manuskrip berbahasa Melayu tertua yang ditemukan di dunia hingga saat ini.
3. Bukti tertua hadirnya identitas kemelayuan atau Bangsa Melayu. Prasasti tidak menggunakan Bahasa Sansakerta (Sanskrit) seperti lazimnya prasasti-prasasti di Nusantara pada masa itu, termasuk di Tanah Jawa, melainkan Bahasa Melayu. Ini men jadi bukti Sriwi jaya hendak menun jukan
identitasya sebagai bangsa yang berbeda dari India ataupun Jawa.