LAPOS - Direktur Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mochammad Nurhasim memprediksi, Pilpres 2024 bakal berlangsung dua putaran. Ia menyebut, sangat sulit pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) memenangkan kontestasi pesta demokrasi hanya satu putaran.
"Kalau dari hitungan kami, untuk menjadi satu putaran, hampir dari seluruh lembaga survei itu angka-nya tidak menunjukkan, tingkat kemungkinan 2 putaran seakan sangat tinggi kecuali nanti ada yang namanya invisible hand," kata Nurhasim kepada wartawan, Jumat (17/11).
Menurut Nurhasim, tiga pasang capres-cawapres relatif mempunyai peluang yang sama untuk masuk putaran kedua. Namun, yang memiliki kans yang besar adalah pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
"Elektabilitas nomor 1 (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) ada kecenderungan naik tapi tidak dramatis. Tingkat kecenderungan memang persaingan 2 dan 3 ini sangat kompetitif," ucap Nurhasim.
Nurhasim mengungkapkan, banyak faktor yang bakal menentukan kemenangan pasangan capres-cawapres, seperti faktor kandidatnya baik capres dan cawapres, faktor pendukung, logistik, visi-misi dan program. Namun, masing-masing capres-cawapres sudah memiliki ceruk pemilih sendiri dan yang menjadi rebutan adalah pemilih milenial dan generasi Z yang rasional dan tidak terkontaminasi pada ideologi kelompok politik tertentu.
"Kalau faktor-faktor penentu kemenangan itu sebenarnya masing-masing punya ceruk, punya ceruk dukungan, nah ini sangat juga menentukan seperti juga hasil-hasil survei yang lain, yaitu generasi milenial dan generasi Z, ini tergabung apakah setiap calon bisa mendekati karena jumlah mereka sangat signifikan," ujar Nurhasim.
Sementara itu, pakar pertahanan Kusnanto mengungkapkan banyak ketidak puasan masyarakat dengan hadirnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 90/PUU-XXI/2023 yang mengabulkan batas usia capres-cawapres 40 tahun atau pernah/sedang menjabat kepala daerah. Namun, ia menekankan pemilih akan sangat rasional dalam menentukan pilihannya pada Pilpres 2024.
"Nanti tentu akan sangat terserah pada para pemilih apa yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Februari, karena sebagai suatu survei tentu saja masih akan banyak perubahan dalam beberapa bulan ke depan, itu akan sesuai dengan perkembangan," ucap Kusnanto.
Ia memandang, rasionalitas pemilih akan melihat bagaimana pasangan capres-cawapres memberikan gagasan atau visi misi yang mampu membuat para pemilih percaya, dalam memajukan bangsa lima tahun mendatang.
"Sesuai dengan bagaimana pasangan calon maupun partai-partai politik yang mendukung, itu mengelaborasi lebih lanjut tentang gagasan-gagasan yang lebih konkret, ketika mereka memenangkan pertarungan pada bulan Februari," pungkasnya. (*)