Kebijakan ini, bersama dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, telah memacu ekspansi pasar kendaraan listrik roda dua yang pesat di Asia Tenggara.
Indonesia, dengan target mengonversi 20 persen sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi listrik per 2025, mengatakan mereka menargetkan untuk memiliki 1,8 juta kendaraan roda dua listrik di jalan raya pada tahun tersebut.
Mayoritas kendaraan roda dua listrik yang diekspor ke Asia Tenggara berasal dari Kota Wuxi, Provinsi Jiangsu, China timur, khususnya Distrik Xishan di kota itu, yang dikenal sebagai "kampung halaman kendaraan listrik China".
Distrik itu menyumbang sepertiga dari pangsa pasar global, memproduksi lebih dari 15 juta kendaraan roda dua listrik setiap tahunnya.
Produk-produk ini diekspor ke lebih dari 140 negara dan kawasan di seluruh dunia.
Wu Jianhua, wakil manajer umum divisi penjualan Indonesia di Jiangsu SUNRA E-Vehicle Co., Ltd., masih ingat perjalanan bisnis pertamanya ke Indonesia beberapa tahun lalu.
Dia terkejut dengan banyaknya sepeda motor di jalanan, dan merasakan adanya potensi ekspor yang sangat besar untuk kendaraan listrik. Namun, Wu percaya bahwa pendekatan lokal akan sangat penting.
"Iklim tropis Indonesia, dengan suhu panas, kelembapan, dan medannya yang kompleks, menciptakan jenis permintaan yang beragam. Karenanya, sepeda motor listrik harus memenuhi persyaratan keselamatan, daya, dan jarak tempuh," kata Wu.
Lebih lanjut dia memaparkan bahwa mereka meluncurkan berbagai macam produk di Indonesia dengan merek SUNRA, termasuk sepeda motor listrik berkecepatan tinggi, skuter, dan sepeda, yang dirancang untuk memenuhi beragam kebutuhan transportasi di Indonesia.
Perusahaan yang berpusat di Wuxi itu juga telah mendirikan pabrik manufaktur pintar luar negeri seluas 12,6 hektare di Kawasan Industri Kendal, Provinsi Jawa Tengah, di samping pusat pemasaran yang mengintegrasikan pameran, penukaran baterai, layanan purnajual, dan promosi merek, sehingga dengan cepat memperkuat kehadiran mereknya.
Wu menekankan bahwa Indonesia, sebagai mitra penting Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, memainkan peran kunci dalam membentuk ekosistem mobilitas hijau di Asia Tenggara.
Dengan berinvestasi di Indonesia, SUNRA juga sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk mengubah negara ini menjadi pusat manufaktur pada 2045.
Strategi melokalkan sistem produksi dan penjualan, berdasarkan kebutuhan konsumen lokal, peraturan setempat, dan lanskap persaingan, menjadi semakin lazim di antara perusahaan-perusahaan kendaraan listrik roda dua terkemuka China yang berekspansi ke pasar Asia Tenggara.
"Hanya dengan berada dekat dengan pasar, kami dapat benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen dan melayani mereka dengan lebih baik lagi," ujar Yang Guimin, kepala rantai pasokan luar negeri di Jiangsu Enwa Technology Co., Ltd.
"Pasar kendaraan roda dua listrik di Asia Tenggara masih dalam tahap awal. Kebiasaan konsumen, preferensi estetika, dan skenario penggunaan di dunia nyata sangat berbeda dengan yang ada di China. Sangat penting untuk memasuki pasar lokal, menyesuaikan produk, dan menawarkan layanan yang sesuai," tambah Yang.
Pada Mei tahun lalu, Yadea, produsen kendaraan listrik roda dua lainnya dari Wuxi, mulai membangun pabrik pintar dan basis penelitian dan pengembangan (litbang) terbesarnya di Asia Tenggara, yang berlokasi di Suryabuat, Karawang, Provinsi Jawa Barat.