Tradisi Naik Mubungan Masih Dipertahankan
FOTO SUMANTRI/LAPOS Tampak pisang dan buah lainnya diletakan warga pada saat naik mubungan.--
LAPOS, Empat Lawang - Sampai saat ini tradisi Bubungan (Naik Mubungan) masih dilestarikan oleh masyarakat Kabupaten Empat Lawang, khususnya masyarakat Kampung Talang Banyu, Kelurahan Tanjung Kupang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang.
Tradisi naik mubungan, atau sering di sebut secara umum adalah penaikan kayu diatas rumah yang baru dibuat dilaksanakan dengan hal unik.
Proses naik mubungan ini untuk mengambil berkah dalam setiap sudut rumah dilakukan azan. Selain itu ada pelemparan beras kuning dan uang receh diatas bubungan.
Ada juga guritan yang disampaikan tokoh adat yang paham dengan budaya itu. Kemudian dilanjutkan pembacaan tahlil kirim do'a atau arwah yang sudah meninggal dalam keluarga itu.
Salah seorang warga Aidit, mengatakan, membangun rumah dan proses finishing menaikan kayu sebagai tiang penyangga atap dikenal dengan budaya unik dengan mengundang masyarakat untuk menyaksikannya, selain itu, juga sekaligus ajang silaturahmi masyarakat.
"Proses naik mubungan ini biasanya masyarakat setempat menggunakan perlengkapan seperti bendera merah putih, pisang, kelapa, tebu, linggu dan labu. Masing-masing ini memiliki filosofi dalam kehidupan bermasyarakat," kata Aidit, Selasa (28/11).
Dijelaskannya, bendera melambangkan nasionalisme, kelapa bermakna gemuk manis dan sejahtera artinya selalu diharapkan kesejatraan dalam rumah itu, labu mengartikan tempat penyimpanan (rahasia).
Sementara Linggu artinya ketahanan (awet) supaya rumah itu bertahan dan nyaman, tebu yang memiliki arti manis. Maksudnya manis dipandang manisnya itu ada hal-hal bermnafaat untuk masyarakat.
"Anak Pisang memiliki simbol untuk memperkembang biakan atau mewariskan keturunan," jelasnya.
Tradisi ini juga untuk menyambung silaturahmi dalam masyarakat ketika proses pembangunan rumah. Makanya pada saat menaikan mubungan, masyarakat diundang untuk menyaksikan acara dan mendokan agar rumah dibangun bisa bertahan lama sesuai yang dininginkan pemilik rumah.
"Kita berharap kebiasaan baik dan unik ini masih bisa diteruskan keturunan, karena budaya ini masih harus di pertahankan dan dilestarikan. Juga tidak bertentangan dengan norma agama," ungkapnya. (smt)