Tradisi Pantauan Tak Pernah Tergerus

Tradisi pantauan di Lahat.--

Koranlapos.com - Untuk momen lebaran, di Kabupaten Lahat masih memiliki tradisi labaran. Warga usai sholat idul fitri akan membawa makanan ke masjid dan makan bersama sekaligus bermaaf - maafan. Kemudian pantauan mengelilingi rumah - rumah tetangga. Untuk sajian makanan biasanya bukan hanya keu basah, dan kue kering dan cemilan namun juga makanan berat seperti rendang, opor, tapai ketan, sambal bucis. "Kalau di kota Lahat masih ada tapi jarang untuk sajian makanan berat tapi kalau di desa- desa masih banyak," Herman (37) warga Gunung Gajah Lahat. 

 Sementara dijelaskan Mario Andramatik, salah pemerhati budaya, menjelaskan. Tradisi pantauan merupakan tradisi budaya masyarakat Kabupaten Lahat. Tradisi pantauan adalah bagian dari warisan budaya tak benda yang wajib untuk dilestarikan. Tradisi pantauan biasanya dilakukan di pedesaan Kabupaten Lahat ketika ada acara resepsi pernikahan dan musibah kematian akan saat ini tradisi pantauan juga dilakukan di perkotaan seperti di Kota Lahat ketika Lebaran Idul Fitri. Seperti yang terjadi di Kelurahan Bandar Jaya setelah selesai shalat Idul Fitri satu rombongan warga Blok C RT 001 RW 001 Kelurahan Bandar Jaya akan mengunjungi satu per satu rumah di jalan Taslim Ibrahim. Setiap orang yang masuk ke satu rumah akan makan dan minum sesuai selera hidangan yang disajikan kadang kala satu atau dua rumah yang didatangi rombongan pantauan minta dibacakan doa selamat. 

Tradisi pantau di daerah ini telah berlangsung sejak awal tahun 1980 ketika daerah ini baru dibuka dan berlangsung hingga kini. 

Tradisi pantauan wajib dan terus dilestarikan karena mengandung banyak nilai-nilai  budaya  dan dapat didaftarkan menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Nasional. (zki)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan