Pawai HUT RI di Lahat, Tokoh Agama Tekankan Pentingnya Nilai Akhlak dan Kebangsaan

Tokoh Agama dan Masyarakat Lahat Tegaskan Tolak Keikutsertaan Kelompok LGBT di Pawai HUT RI-Koranlapos.com-
KORANLAPOS.COM – Sejumlah tokoh agama dan pimpinan organisasi masyarakat di Kabupaten Lahat secara tegas menyatakan penolakan terhadap rencana keikutsertaan kelompok Lesbian, Gay, Bis*ksual, dan Transgender (LGBT) dalam pawai pembangunan yang digelar untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Sikap ini tertuang dalam sebuah dokumen resmi yang ditandatangani oleh berbagai pihak berwenang di Lahat pada 11 Agustus 2025.
Dalam pernyataan tersebut, ditekankan bahwa pawai pembangunan seharusnya menjadi momentum untuk menumbuhkan semangat proklamasi serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang berlandaskan akhlak mulia.
Kehadiran kelompok yang dianggap bertentangan dengan kodrat dan ajaran agama dinilai tidak sesuai, bahkan berpotensi merusak moral generasi muda sekaligus mencederai identitas Lahat sebagai Kota Taqwa.
Beberapa tokoh yang menandatangani pernyataan sikap ini antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lahat, Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Lahat, Kepala Bagian Kesra Kabupaten Lahat, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Lahat, serta perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lahat.
BACA JUGA:Spot Foto Baru Bukit Serelo di Lahat Tarik Minat Wisatawan
BACA JUGA:Gerakan Pangan Murah Polres Lahat Diserbu Warga
Ketua Baznas Kabupaten Lahat, H. Hamdi Arsal, S.Pd.I., menyampaikan sikap tegas lembaganya terkait hal ini.
“Pimpinan Baznas Kabupaten Lahat sangat menolak manusia LGBT dan waria ikut barisan Pawai Pembangunan HUT RI ke-80 di Lahat tahun 2025. Itu sama dengan menantang dan pamer,” tegas H. Hamdi Arsal.
Menurut H. Hamdi, kehadiran kelompok tersebut dalam pawai tidak hanya bertentangan dengan norma agama dan budaya, tetapi juga dianggap sebagai bentuk provokasi terhadap masyarakat yang mayoritas menjunjung tinggi nilai moral.
H. Hamdi menegaskan, peringatan Hari Kemerdekaan RI seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan kebanggaan nasional, bukan ajang mempertontonkan perilaku yang dilarang agama.
“Kita ingin pawai menjadi wadah mengangkat budaya luhur, karya positif, dan semangat kemerdekaan. Jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang justru merusak moral generasi,” tambahnya.