Membongkar Misteri Medali Palsu

FOTO IST MEMBONGKAR MISTERI: Korea Selatan belum pernah memenangkan kompetisi kontinental sejak pemain mereka dianugerahi medali emas palsu pada tahun 1960. --

LAPOS – Sejak kemenangan bersejarah Korea Selatan pada Piala Asia 1960, kabar medali emas palsu telah melingkupi prestasi gemilang tersebut. Gelar juara yang seharusnya menjadi tonggak kejayaan, malah menjadi landasan kutukan yang menghantui Prajurit Taeguk selama puluhan tahun.

 

Dalam kisah yang mengejutkan ini, sejumlah fakta dan misteri terungkap, menciptakan bayang-bayang yang tampaknya terus membayangi peluang Korea Selatan di ajang sepak bola terbesar Asia.

 

Edisi perdana Piala Asia pada tahun 1956 menyaksikan kemunculan gemilang Korea Selatan di panggung sepak bola kontinental. Mereka meraih gelar juara dengan gemilang, dan pencapaian itu berlanjut pada turnamen berikutnya pada tahun 1960.

 

Namun, apa yang seharusnya menjadi momen kebanggaan berubah menjadi bencana ketika medali emas, yang diberikan kepada para pahlawan Taeguk, terbukti palsu. Sebuah kutukan sepertinya telah diletakkan pada nasib Korea Selatan di Piala Asia.

 

Pada awalnya, medali emas yang dianggap sebagai simbol kejayaan, ternyata hanya tipuan belaka. Terbuat dari timah berlapis emas murah, medali tersebut segera kehilangan keindahan dan keasliannya. Pengkhianatan ini menjadi awal dari rangkaian peristiwa misterius yang melilit keberuntungan Korea Selatan di panggung sepak bola Asia.

 

Dilansir dari laman resmi FIFA, Park Kyung-hwa, pemain termuda dalam skuad pemenang Piala Asia 1960, mengungkapkan kekecewaannya, "Medali emas yang kami terima palsu. Mereka dilapisi dengan emas murah, dan lapisannya mudah terkelupas."

 

Setelah penemuan ini, anggota tim dengan sigap mengembalikan medali palsu tersebut kepada Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA), memicu penyelidikan yang hingga saat ini masih menyisakan misteri. Bagaimana dan mengapa kecelakaan tersebut terjadi, tetap menjadi tanda tanya besar dalam sejarah sepak bola Korea Selatan.

 

Layaknya detektif mencari petunjuk, KFA membutuhkan waktu 54 tahun untuk merestorasi desain medali yang terbuat dari emas asli. Pada tahun 2014, medali asli akhirnya diberikan kepada tiga pemain yang masih hidup dan anggota keluarga dari pemain yang telah meninggal.

 

Namun, sejumlah anak bintang masa lalu bahkan tidak menyadari bahwa ayah mereka seharusnya menerima medali emas dari KFA.

 

Cho Jun-heon, putra pencetak gol terbanyak Piala Asia 1960 Cho Yoon-ok, mengungkapkan, "Saya tidak pernah diberitahu tentang medali emas Piala Asia oleh ayah saya, dan saya mengetahui kejadian pada tahun 2014 ketika KFA mulai membagikan medali emas baru".

 

KFA telah berhasil mendulang 23 medali emas baru, tetapi masih terdapat misteri terkait delapan medali lainnya.

 

"Tidak ada informasi tersisa untuk menghubungi para pemain atau anggota keluarga mereka, jadi ini adalah pekerjaan yang menantang," ujar Kim Se-in, yang memimpin tim hubungan masyarakat di KFA.

 

Proses pemberian medali emas yang panjang ini seolah menjadi simbol ketidakberuntungan yang mengitari nasib Korea Selatan di Piala Asia.

 

Misteri medali palsu ini selama bertahun-tahun dianggap sebagai kutukan yang merugikan peluang Korea Selatan di pentas sepak bola Asia. Namun, apakah kutukan tersebut benar-benar memiliki dampak nyata atau hanya kepercayaan populer belaka?

 

Sejumlah fakta mencengangkan menunjukkan bahwa, meskipun medali palsu tersebut mungkin telah menciptakan bayang-bayang di sekitar pencapaian Korea Selatan, Prajurit Taeguk terus berjuang di panggung sepak bola kontinental.

 

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan