Ampas Teh

--

Akhirnya saya tahu kenapa ruang tunggu stasiun itu begitu padatnya: kereta jurusan Huhehaode pada jam itu ternyata dua rangkaian kereta digandeng jadi satu.

 

Begitulah, pada hari-hari padat liburan, banyak dua kereta disambung jadi satu rangkaian panjang. Kapasitasnya langsung naik dua kali lipat.

 

Berarti ruang tunggu yang biasa untuk penumpang satu rangkaian kereta dipenuhi penumpang dua rangkaian. Tiap jam ada kereta cepat jurusan itu. Setiap jam pula dua rangkaian kereta digandeng jadi satu.

 

Untung saya dapat gerbong nomor satu. Gerbong terakhirnya nomor 16. Rangkaian ini panjang sekali. Satu rangkaian saja delapan gerbong. Ini menjadi 16 gerbong.

 

Tidak bisa juga dibilang untung. Dapat gerbong nomor satu sama dengan dapat gerbong nomor 16. Sama-sama harus berjalan jauh menuju gerbong paling ujung.

 

Inilah hebatnya kereta yang digerakkan dengan listrik. Rangkaian gerbong sepanjang apa pun tidak mempengaruhi kekuatan tariknya.

 

Bayangkan kalau kereta Jakarta-Surabaya ditambah satu rangkaian gerbong. Panjangnya menjadi dua kali lipatnya. Nafas lokomotifnya bisa tersengal-sengal. Lokomotifnya masih pakai mesin berbahan bakar minyak solar.

 

Bukan hanya soal nafas. Kalau kereta ditambah begitu banyak gerbong akan bikin kacau lalu-lintas. Bisa jadi ekor gerbong itu sudah menghalangi perlintasan jalan raya. Banyak stasiun kereta kita hanya bisa cukup untuk parkir rangkaian pendek. Tidak jauh dari stasiun sudah ada jalan raya yang melintasi rel. Ini tidak terjadi di Tiongkok. Semua rel kereta cepat elevated.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan