Koranlapos.com - Indonesia dikenal dengan kekayaan wisata sejarahnya yang mengesankan, berkat pengaruh masa penjajahan Belanda dan Jepang. Salah satu destinasi menarik yang menawarkan kilas balik sejarah adalah Benteng Fort De Kock, terletak di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Benteng ini menjadi saksi bisu perjuangan dan sejarah yang melibatkan konflik antara penjajah Belanda dan rakyat Minang.
Sejarah Pembangunan Benteng :
Benteng Fort De Kock didirikan pada tahun 1826 oleh Johan Heinrich Conrad Bauer, seorang pemimpin pasukan tentara Hindia Belanda yang bertugas di Sumatera Barat. Pembangunan benteng ini dilatarbelakangi oleh Perang Paderi, sebuah konflik antara kaum adat dan kaum paderi yang mendukung ajaran Islam. Dalam upaya mengendalikan pemberontakan dan melindungi kepentingan mereka, Belanda membangun benteng yang awalnya bernama Sterreschans. Nama ini kemudian diubah menjadi Fort De Kock, diambil dari nama Letnan Gubernur Jenderal Hendrik Merkus Baron de Kock.
Renovasi dan Pemeliharaan
Benteng Fort De Kock mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 2002, dengan tujuan menjaga jejak sejarah dan meningkatkan daya tarik wisata. Meski beberapa bagian bangunan telah mengalami kerusakan, masih tersisa beberapa meriam dengan panjang sekitar 280 sentimeter dan prasasti yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Renovasi ini juga mencakup pembuatan taman kota dan taman burung yang kini menarik banyak pengunjung.
Fasilitas untuk Pengunjung
Benteng Fort De Kock menawarkan berbagai fasilitas yang membuat kunjungan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan:
1. Bangunan Benteng : Pengunjung dapat melihat sisa-sisa bangunan benteng dengan pesona alam di sekitarnya. Terdapat juga sudut kemiringan 45 derajat dengan pemancar radio dan gubug kecil.