keluarga wanita pun menjemput dan memberikan sejumlah harta untuk calon suaminya dengan tujuan mengangkat derajat calon suaminya tersebut.
Suami mereka pun akan dihormati di keluarga istrinya, dipanggil dengan gelar mereka, misal sidi, bagindo atau sutan.
Setelah menikah, suami tinggal di rumah istrinya, di rumah tersebut, suami mereka dipanggil dengan hormat sesuai dengan gelarnya, tidak boleh dipanggil dengan nama aslinya.
Baca juga :
Sejarah! Kaum Buruh Indonesia di Australia
Koranlapos.com - Menarik! pada 1946, pasca Indonesia Merdeka, kaum buruh Indonesia di Australia yang mayoritas adalah buruh kapal didukung Serikat Buruh Kapal Australia mengadakan aksi mogok kerja di Sydney.
Aksi mogok kerja ini dilakukan terhadap kapal-kapal Belanda yang akan membawa senjata dan amunisi dari berbagai di Australia untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia.
Aksi buruh ini berimbas besar, pengiriman amunisi dan senjata dari Australia terhambat dan Serikat Buruh Kapal Australia memboikot kapal-kapal Belanda sampai tahun 1949, gerakan ini dinamai dengan Black Ban.
Kisah demo buruh kapal di Australia ini bisa ditonton di film Indonesia Calling yang disutradarai oleh Joris Ivens.
Usai film ini rilis, Ivens oleh Pemerintah Belanda dicekal akibat dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia.
Menariknya film ini oleh Ivens dibuat dengan diam-diam. Kelak, Pemerintah Belanda tidak lagi mencekal Ivens, bahkan memberinya tanda kehormatan Orde van de Nederlandse Leeuw atas kiprahnya sebagai sutradara.
Dikutip dari Wikepedia, Indonesia Calling adalah film dokumenter pendek Australia tahun 1946 yang disutradarai Joris Ivens dan diproduksi Waterside Workers' Federation. Film ini menampilkan Sydney tidak lama setelah Perang Dunia II.
Dalam film tersebut, anggota serikat pelaut dan pekerja perairan menolak bekerja di kapal-kapal Belanda ("Armada Hitam") yang mengangkut persenjataan dan amunisi ke Indonesia dengan tujuan menumpas gerakan kemerdekaan di sana.
Film Ivens perlahan menjadi simbol bagi orang-orang yang bahkan belum pernah menontonnya dan punya banyak pendukung di Belanda walaupun belum ditayangkan secara luas waktu itu.
Joris Ivens mengalami persekusi atas sikapnya terhadap Belanda dan Indonesia. Paspornya disita oleh pemerintah Belanda selama beberapa bulan agar keberadaannya bisa diawasi.
Pada tahun 1985, pemerintah Belanda menganugerahkan Golden Calf kepada Ivens.