Lanjut Aryo, pabrik-pabrik tersebut beroperasi di tahun yang berbeda. Yang paling dahulu beroperasi adalah pabrik teh Tanjung Keling yang pada 1921 sudah memulai proses produksi.
Hasil produksi pabrik ini lalu diekspor ke negara-negara Eropa. “Pabrik teh Tanjung Keling itu adalah yang terbesar baik dari segi bangunan maupun luas kebunnya,” kata Aryo.
Beberapa tahun setelah pabrik teh Tanjung Keling beroperasi, barulah pabrik Gunung Dempo beroperasi.
Kapasitas produksi pabrik Gunung Dempo tak sebesar di Tanjung Keling. Sekira 1931, barulah pabrik kina Gunung Agung beroperasi.
Pun dengan pabrik kopi Simpang Padang Karet beroperasi setelahnya. Semua pabrik ini kata Aryo berada di bawah kontrol penuh Belanda.
Yang menarik Aryo menambahkan, pabrik-pabrik tersebut didirikan oleh yang sama. Orang itu disebutkan Aryo bernama Mr Benjamin.
“Mr Benjamin adalah pegawai perkebunan Belanda. Ia ditugaskan untuk membangun pabrik,” ucap Aryo.
Benjamin lanjut Aryo lalu membaca laporan hasil ekspedisi Pasemah yang dilaksanakan pada 1866.