Alex jadi tersangka lagi. Semua masih terkait kekuasaan di Bethany. Alex diadukan melakukan pelecehan seksual. Korbannya: pembantu rumah. Empat sekaligus.
Alex mengakui itu. Pun empat pembantunya. Tapi Alex tidak merasa melakukannya.
"Kok di polisi mengaku?" tanya Zaenal pada Alex.
"Saya dipaksa oleh pemeriksa," jawab Alex.
Zaenal pun bergerak. Dari pemeriksaan polisi ia tahu alamat para pembantu itu. Mereka sudah pulang ke desa masing-masing. Di beberapa kabupaten.
Ke alamat-alamat itulah Zaenal pergi. Ketemu. Semua mengaku dipaksa untuk tanda tangan. Semuanya tidak merasa pernah dilecehkan oleh Pendeta Alex.
Maka Zaenal minta mereka mencabut keterangan di polisi. Satu-per satu. Awalnya mereka takut. Tapi Zaenal berhasil meyakinkan mereka.
Alex pun terbebas dari perkara.
Lalu terjadi lagi: Alex diadukan telah memalsukan dokumen gereja. Itu akibat Alex melakukan kesepakatan perdamaian dengan Pendeta Leo soal siapa pimpinan Bethany yang sah.
Pun ketika Alex menjadi tersangka keempat: menghalangi eksekusi Gereja Bethany di Nginden, Surabaya. Gereja itu sangat cantik, modern, dan besar. Zaenal bukan saja menyelamatkan Alex dari pidana, juga berhasil mengurungkan eksekusi Gereja Bethany.
"Sekarang Anda usia berapa?"
"62 tahun".
"Apakah anak Anda ada yang jadi pengacara?"
"Ada. Satu. Juga lulusan Universitas Jember. Sekarang sudah mulai beracara," jawabnya.
Sebagai wakil ketua umum Ikadin –ketua umumnya adalah Otto Hasibuan, Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan – Zaenal merindukan bersatunya seluruh organisasi pengacara Indonesia.
"Hampir di seluruh dunia mereka hanya punya satu bar association. Ada yang sudah sejak 50 tahun lalu," kata Zaenal. "Kita sudah ketinggalan terlalu lama," tambahnya.