Melarikan Diri

Selasa 13 May 2025 - 17:00 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

 

Mungkin juga sudah disadari sepenuhnya: tidak ada yang menang dalam perang dagang. Inilah jenis perang yang dua-duanya kalah –seperti orang yang beperkara di pengadilan Indonesia.

 

Presiden Donald Trump memang sudah memberi isyarat ''turun'' sejak delegasi Amerika belum berangkat ke Swiss. Ia bilang, dari 145 persen bisa turun jadi 80 persen. Tapi itu hanya ancar-ancar. Putusan akhirnya, diserahkan sepenuhnya ke menteri perdagangannya. Sang menteri ternyata berani memutuskan 30 persen.

 

Dari Tiongkok yang memimpin delegasi perundingan adalah Wakil Perdana Menteri He Lifeng. Di Tiongkok, wakil perdana menteri setingkat menko di Indonesia. Tiongkok punya empat wakil perdana menteri.

 

Amerika kelihatan lebih berkepentingan agar mencapai kesepakatan lebih cepat. Boleh dibilang panik. Kalau toh toko-toko di Amerika kini masih jualan barang itu karena masih punya stok. Mereka sempat menumpuk stok di minggu-minggu terakhir sebelum tanggal kenaikan tarif. Karena itu defisit perdagangan Amerika justru memuncak di bulan April –karena pasar harus menimbun barang.

 

Sebesar apa pun timbunan terus tergerus. Tiga minggu lagi gudang-gudang mereka akan mulai kosong.

 

Para ahli di sana menggambarkan: tiga minggu lagi suasana pertokoan akan mirip masa pandemi Covid-19. Barang akan langka. Harga-harga naik. Inflasi.

 

Bagi Tiongkok yang digelisahkan bukan ketiadaan barang. Tapi berkurangnya pasar bagi pabrik-pabrik yang padat tenaga kerja.

 

Soal kekurangan kedelai bisa diatasi dengan impor dari Brasil dan Argentina. Tiongkok sudah mendapat kedelai dari Argentina sebanyak 1/3 dari kebutuhannya.

Tags :
Kategori :

Terkait