“Karena itu kami berharap program TEY bisa pula menjadi sarana aktualisasi bagi para generasi muda dari kalangan pelajar setingkat SLTA, dan saling berkolaborasi untuk merealisasikan ide-ide, ataupun gagasan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup, serta memanfaatkan peluang-peluang baru dalam mengatasinya dengan tujuan mengembangkan ekonomi masyarakat,” ucap Henry Tanoto.
Dalam pelaksanaannya ini, mereka memanfaatkan limbah tersebut dan berhasil menciptakan terobosan dalam pengolahan kotoran sapi dan ampas sagu yang ramah lingkungan serta melibatkan masyarakat.
Gagasan dan ide pada proposal juga sangat terkait dengan potensi geografis daerah setempat, dimana Papua Selatan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi salah satu pusat produksi sagu terbesar, serta banyak terdapatnya peternakan sapi masyarakat.
Sehingga, BBL yang menggunakan energi matahari untuk menekan biaya produksi dapat menutrisi tanaman selama 4 tahun dan menyediakan alternatif pupuk organik yang murah, meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak.
Produksi dan penjualan kompos menjadi sumber pendapatan tambahan, menciptakan lapangan kerja baru, sehingga memperkuat perekonomian lokal di Papua Selatan.
Kegiatan ini berdampak signifikan secara sosial dan ekonom sehingga menciptakan sebuah sirkulasi ekonomi di masyarakat. (*)