Limbah Jadi Penyelamat, Inovasi Kulit Singkong Jadi Bahan Pemadam Kebakaran

Bola APAR kulit singkong yang siap pakai, sebagai inovasi dari PHE Jambi Merang Bersama Fakultas Pertanian Universitas Jambi untuk membantu memadamkan api-Koranlapos.com-

MUSI BANYUASIN, KORANLAPOS.COM - Singkong menjadi bahan pangan serbaguna yang akrab diolah menjadi aneka camilan tradisional hingga produk modern. Kulitnya kerap menjadi limbah yang dibiarkan begitu saja. PHE Jambi Merang, bagian dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi menyulap limbah singkong ini menjadi Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Inovasi ini diperkenalkan lewat pelatihan di Rumah Produksi KWT Embun Pagi, Dusun Selaro yang diikuti kelompok tani, penyuluh pertanian, dan masyarakat sekitar (16/08) lalu.

Di Dusun Selaro, Desa Simpang Bayat, Kecamatan Bayung Lencir, tanaman singkong tumbuh melimpah. Mayoritas warga mengelola lahan untuk ditanami singkong, termasuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Embun Pagi yang menggarap sekitar satu hektar lahan desa untuk dikonsumsi dan diolah menjadi produk bernilai tambah seperti tepung mocaf dan eyek-eyek (kerupuk rengginang) yang diperjualbelikan. Namun kulit singkong menjadi limbah yang menumpuk.

Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang bersama Dosen dan Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Dr. Mursalin beserta tim melihatnya sebagai solusi dari pengalaman pahit. Tahun 2023 silam, terjadi kebakaran seluas satu hektar kebun sawit melanda Dusun Selaro. Kulit singkong, yang menyimpan potensi besar dengan potasium sitrat dalamnya, mampu membantu memadamkan api secara efektif.  Dengan pengalaman di atas, limbah kulit singkong dapat diolah menjadi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sederhana.

BACA JUGA:TINGKATKAN Kolaborasi dan Sinergi, SKK Migas – KKKS Sumbagsel Gelar Event Lifting Olympic

Manager Community Involvement & Development (CID) Pertamina Hulu Rokan Iwan Ridwan Faizal mengatakan bahwa kebakaran lahan/hutan perlu dimitigasi bersama. “Kami mendukung implementasi hasil penelitian yang dapat menjadi solusi bagi masyarakat. Pemahaman dan pelatihan implementasinya mungkin tidak instan, tapi ini komitmen kami untuk bergandengan tangan dengan masyarakat dalam menjaga alam,” ungkapnya.

Pada pelatihan, masyarakat dijelaskan cara kerja kulit singkong yang diinovasikan menjadi bola-bola APAR. Mulanya, kulit singkong diolah menjadi tepung kemudian dipadatkan dengan bentuk bulat. Untuk menjaga daya simpan dan efektivitasnya, bola ini dilapisi styrofoam sebelum siap digunakan.

Bola APAR tersebut diberi sumbu dan bubuk mesiu agar bisa meledak saat terkena api. Ledakan inilah yang kemudian melepaskan potasium sitrat dari kulit singkong sehingga mampu memadamkan api hingga radius 60cm dari pusat ledakan, tergantung ukuran bola yang digunakan.

Inovasi ini membuktikan, limbah singkong pun bisa jadi senjata ampuh melawan kebakaran bagi warga Dusun Selaro. “Pelatihan ini sangat membantu kami, karena Dusun Selaro memang rawan kebakaran hutan dan lahan. Kini kami tahu cara memanfaatkan kulit singkong menjadi sesuatu yang berguna sekaligus melindungi lingkungan,” ungkap Elisa, salah satu anggota KWT Embun Pagi yang menjadi peserta pelatihan, dengan penuh antusias.

Pelatihan yang digelar menjadi bukti sinergi PHE Jambi Merang bersama akademisi dan masyarakat dalam membangun budaya keselamatan serta kesiapsiagaan menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan pemanfaatan limbah. Ke depan, program ini akan terus didampingi oleh PHE Jambi Merang dan Fakultas Pertanian Universitas Jambi sebagai komitmen berkelanjutan untuk mendukung masyarakat di daerah rawan kebakaran.*

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan