Dua Sungai, Dua Tradisi: Bidar Sumsel dan Pacu Jalur Riau

Dua Sungai, Dua Tradisi: Bidar Sumsel dan Pacu Jalur Riau-Foto Net-pinterest-Koranlapos.com
Koranlapos.com - Di Sumatera Selatan (Palembang/Sumsel) dikenal lomba bidar, sementara di Riau (Kuansing) ada pacu jalur. Meski sama-sama lomba perahu tradisional, keduanya punya sejarah, nama, dan alur berbeda:
Lomba Bidar (Sumsel) digelar di Sungai Musi, khususnya setiap peringatan 17 Agustus atau HUT Palembang. Perahu panjang sekitar 29 meter, dengan awak sekitar 55 pendayung plus 2 orang pemberi semangat.
Sejarahnya Lomba Bidar ini diperkirakan sudah ada sejak era Sriwijaya, pada era Kesultanan Palembang sebagai latihan patrul.
Sedangkan Pacu Jalur (Riau – Kuansing) digelar di Sungai Kuantan, Kuantan Singingi. Festival tahunan biasanya 21–25 Agustus acara utamanya 20–24 Agustus. Perahu: “Jalur” sepanjang 25–40 m, di dayung puluhan pendayung.
BACA JUGA:Gubernur Sumsel: Palestina Ajarkan Kita Arti Keteguhan di Tengah Ujian
Sejarah Pacu Jalur ini sudah berakar sejak abad ke-17 sebagai transportasi dengan kapasitas muat 40–60 orang.
Semula untuk peringatan hari besar Islam (Maulud, Idul Fitri), lalu sejak 1890-an jadi acara resmi ulang tahun Ratu Wilhelmina.
Kini acara utama di kalender wisata nasional dan diakui sebagai salah satu Karisma Event Nusantara. Pacu Jalur mendunia lewat video viral “aura farming”, anak kecil menari di ujung perahu saat lomba.
BACA JUGA:Gassing Mainan Tradisional Lintas Generasi, di Riau Jadi Ajang Kompetisi
Bidar mendapatkan perhatian local Gubernur memakai teknologi AI untuk merayakan budaya ini dan mengajak masyarakat bangga terhadap lomba bidar.
Lomba Bidar dan Pacu Jalur adalah dua bentuk festival perahu tradisional di Sumatera, dengan persamaan dalam budaya dan semangat kompetisi, tapi berbeda dalam dimensi sejarah, ritual, dan gaya perahu.
Sekarang keduanya semakin dipromosikan sebagai ikon pariwisata Riau lewat pacu jalur yang viral internasional, dan Sumsel lewat bidar yang terus dipertahankan identitas lokalnya.