Iqro Jimmy

--
Lalu imam muda salat subuh ikut gabung: orang Aceh lulusan Universitas Syiah Kuala. Statusnya di Perth: mendampingi istri yang mendapat beasiswa doktor kesehatan masyarakat.
Di grup SMSF itu empat-empatnya jadi direktur. Tidak boleh salah satu lebih memimpin. Begitulah aturannya.
Setelah terbukti sukses Jimmy menularkan strateginya itu ke jemaah yang lain. Maka terbentuk tiga grup SMSF lagi. Semuanya jemaah Iqro'. Tiap grup berisi empat orang. Tidak boleh lebih. Aturannya begitu.
Tujuan tiga grup lainnya pun sama: beli properti. Lalu dipakai komunitas Iqro. Sampai pun kini Iqro' punya aula, tempat berlatih yudo dan taekwondo, tempat kursus matematika bagi anak-anak dan belajar Quran.
Untung Ario Susanto, putra Dr Tri Susanto, mengajak saya ke Iqro'. Saya merasa mendapat teman seide.
Saya teringat saat mendirikan IIS di Magetan. Saya tidak mungkin mencari sumbangan --bisa ditertawakan orang. Maka "Fikih Financial" mirip cara Jimmy saya lakukan.
Zakat saya sekian tahun ke depan saya bayar di muka. Kalau tidak, sekolah tidak akan bisa cepat terwujud.
Satu hal yang membuat Jimmy dan Ario dan lainnya masih masygul: Iqro' belum bisa untuk salat Jumat. Itu semata soal lapangan parkir. Tidak cukup.
Aturan parkir sangat keras di Australia. Pernah terjadi orang yang salat Jumat salah memarkir mobil. Banyak. Masjid yang harus membayar dendanya yang begitu berat.
Komunitas muslim di Perth memilih salat Jumat di gedung-gedung community center. Tempat parkirnya biasanya luas. Sewanya sangat murah --tidak berarti.
"Ada berapa tempat salat Jumat di Perth?"
"Sekitar 100 tempat," ujar Ario. Termasuk beberapa di antaranya dari kelompok syiah.
Orang Indonesia sendiri minoritas di antara imigran di Perth. Yang terbanyak orang India. Lalu Tionghoa. Vietnam. Filipina. Malaysia. Baru Indonesia.
Belakangan memang banyak jenis "fikih" baru. Misalnya "zakat produktif", "wakaf cicilan", "wakaf berjamaah".
Mungkin ada perusuh yang juga sudah tahu seperti apa "Fikih Kota Global yang baru terbit itu?".(Dahlan Iskan)