Presiden Indonesia Ke Depan Harus Pahami Geopolitik
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),--
FOTO IST
LAPOS - Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan agar Presiden Indonesia ke depan, mesti memahami pentingnya cara menjaga stabilitas geopolitik di kawasan Asia. Sehingga, pemimpin negara yang terpilih bisa membangun diplomasi secara baik dengan negara-negara di Asia.
"Jika Presiden Indonesia mendatang sungguh memahami pentingnya menjaga stabilitas kawasan Asia (baik Asia Timur maupun Asia Tenggara), maka yang bersangkutan akan bisa memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas (bisa dengan membangun kebersamaan negara-negara ASEAN) agar konflik apapun yang terjadi di Asia Timur dan tentunya Asia Tenggara dapat dicarikan solusi yang lebih damai sehingga tidak terjadi malapetaka di kawasan Asia bahkan di dunia, yang bakal memporak-porandakan perdamaian dan keamanan internasional," kata SBY dalam cuitan pada akun media sosial X, dikutip Minggu (7/12).
SBY menjelaskan, ada tiga pemilihan presiden (Pilpres) pada 2024 yang bisa memengaruhi geopolitik dan keamanan di kawasan Asia.
"Geopolitik dan keamanan kawasan yang saya maksud adalah ketegangan yang tinggi antara Tiongkok dengan Taiwan (saya gunakan istilah Taiwan agar secara internasional mudah dipahami), meskipun saya mengerti bahwa bagi Tiongkok permasalahan Taiwan adalah isu dalam negeri," ungkap SBY.
Menurut SBY, Pilpres yang berlangsung di Taiwan pada Januari 2024 ini dan juga Pilpres di Amerika Serikat pada November 2024 mendatang. Ia menyebut, jika Presiden Taiwan yang baru nantinya adalah sosok yang bergaris keras dan sangat anti Tiongkok, ketegangan Tiongkok – Taiwan akan makin meningkat.
"Demikian juga jika Presiden Amerika Serikat pasca Pilpres 2024 juga sosok yang bergaris keras dan sangat anti unifikasi Tiongkok – Taiwan yang makin diagendakan oleh pemimpin Tiongkok saat ini, maka kawasan Asia Timur betul-betul menjadi sebuah flashpoint yang setiap saat bisa meledak menjadi guncangan geopolitik dan keamanan di Asia," papar SBY.
"Sebaliknya jika baik Presiden Amerika Serikat dan Presiden Taiwan yang baru nanti lebih bergaris moderat dan bersedia untuk memasuki wilayah “take and give”, kekhawatiran dunia terhadap terbukanya konflik militer terbuka di kawasan Asia Timur bisa berkurang," ujar SBY.
Selain dua pilpres itu, lanjut SBY, pesta demokrasi di Indonesia juga bisa memengaruhi kondisi geopolitik dunia.
"Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara di samping menjadi anggota G20. Karenanya, Indonesia kerap dipandang sebagai regional power dan sekaligus global player," pungkasnya.