5. Istirahat sensory. Jenis istirahat yang ditujukan untuk kelima pancah indera kita. Misalnya, dengan memejamkan mata setelah lama di depan laptop atau HP, mengecilkan cahaya lampu yang terlalu terang, dan mengecilkan suara yang keras sampai memakai aroma terapi.
6. Istirahat kreativitas.
Ide-ide kreatif tidak bisa selalu muncul dan tidak bisa dipaksa kehadirannya. Saat merasa buntu, kita perlu istirahat secinak, seperti membaca buku atau menonton film, mendengarkan lagu, hingga mengeksplor alam.
7. Istirahat spiritual.
Tujuannya untuk mendanangkan kembali jiwa kita. Bisa dilakukan dengan membaca kitab suci, meditasi, mendengarkan ceramah, hingga menjadi sukarelawan.
Kalau kamu butuh istirahat yang mana nih? (*)
Baca juga berita:
Yuk Simak! Ini Alasan Kenapa Jalan di Pegunungan Berkelok-kelok
Koranlapos.com - Pakar Transportasi Universitas Indonesia, Tri Chahyono, mengatakan bahwa terdapat beberapa alasan yang menjadi dasar sebuah jalan sengaja dibuat berkelok dan tidak lurus.
Menurut beliau, pada dasarnya, jalan berkelok seperti demikian dibuat demi keselamatan pengguna jalan. Jalan dengan bentuk berliku dan tidak hanya lurus juga mengikuti permukaan bumi yang menghubungkan titik satu ke titik lain.
Pada permukaan menanjak seperti kawasan pergundungan atau perbukitan, jalan berkelok sangat dibutuhkan untuk menjaga kelandayan atau kemiringan sehingga jalan tidak menanjak secara ekstrim.
Secara ideal, sebuah jalan memiliki kelandayan atau kemiringan kurang lebih 4-5 persen dihitung dari selisih beda tinggi dengan panjang jalan.
Selain demi keselamatan pengguna jalan, pembuatan jalan berkelok disebabkan oleh masalah pembebasan nahan. Di sisi lain, Buda Besar Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Siti Malkamah, mengatakan bahwa terdapat tiga aspek untuk menentukan satu jalan berkelok atau lurus yaitu teknis, lingkungan, dan ekonomi.
Beliau juga mengatakan bahwa pihak membangun jalan juga memperhitungkan kecepatan maksimum kendaraan ketika melintasi belokan tersebut.