Koranlapos.com- Pada tanggal 1 Desember 1888, sebuah kota baru di Sumatera Barat lahir dan dikenal sebagai Sawahlunto. Kota ini berdiri di atas dasar sejarah yang kuat sebagai pusat tambang batu bara yang vital bagi Hindia Belanda pada abad ke-19. Sawahlunto terletak sekitar 6 kilometer dari Muaro Kalaban, dihubungkan oleh Jalan Raya Provinsi yang strategis menghubungkan kota ini dengan Batusangkar.
Asal-usul Nama Sawahlunto
Nama "Sawahlunto" berasal dari gabungan dua kata, yaitu "Sawah" dan "Lunto". "Sawah" mengacu pada hamparan sawah yang mengelilingi daerah ini, sementara "Lunto" diambil dari nama sungai Batang Lunto yang juga melewati wilayah tersebut.
Awal Mula Kota Tambang Batu Bara
Sejarah awal Sawahlunto sebagai kota terkait erat dengan penemuan deposit batu bara yang signifikan pada tahun 1868 oleh geolog Belanda, De Greve dan Kalshoven. Penelitian mereka mengungkapkan bahwa potensi batu bara di daerah ini mencapai lebih dari 200 juta ton. Hal ini mendorong terbukanya lahan tambang batu bara di Sawahlunto pada 27 Juli 1886, ketika wilayah ini secara resmi diserahterimakan untuk kepentingan tambang kepada Hendrik Yakobus Shuuring, pemegang konsesi tambang kolonial Belanda.
Pembangunan dan Perkembangan sebagai Kota
Pada tahun 1887, modal besar senilai 5,5 juta gulden ditanamkan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengembangkan tambang batu bara di Sawahlunto. Kota ini tumbuh sebagai pusat eksploitasi komoditas lokal dan pusat pemasaran untuk hasil industri Belanda dan Eropa lainnya di wilayah sekitar. Meskipun begitu, perlakuan terhadap Sawahlunto oleh pemerintah kolonial tidak berbeda dengan kota-kota jajahan lainnya, di mana kepentingan kolonialisme menjadi fokus utama dalam pembangunan infrastruktur dan eksploitasi sumber daya.
BACA JUGA:5 Resep Olahan Terong Ungu Cocok untuk Penderita Kolesterol dan Asam Urat
BACA JUGA:Bikin Nambah! Resep Ikan Nila Goreng Sambal Rebus Ala Chef Rudy, Menu Makan Siang yang Gurih
Pengakuan Sebagai Warisan Budaya Dunia
Peninggalan tambang batu bara Ombilin di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memperoleh pengakuan sebagai salah satu dari lima warisan budaya dunia Indonesia dalam sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO pada 6 Juli 2019 di Baku, Azerbaijan. Pengakuan ini menandai pentingnya Sawahlunto dalam konteks sejarah industri dan perkembangan ekonomi regional.
Perkembangan Transportasi dan Status Kota
Pada 1 Desember 1888, Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menetapkan batas-batas ibukota Afdeeling, yang menandai kelahiran Sawahlunto sebagai kota setingkat kabupaten. Sejak saat itu, tanggal ini diperingati sebagai ulang tahun Kota Sawahlunto.
Dengan demikian, Sawahlunto tidak hanya memiliki sejarah yang kaya sebagai kota tambang batu bara yang penting di Sumatera Barat, tetapi juga mewarisi nilai-nilai budaya dan sejarah yang penting bagi Indonesia secara keseluruhan. Perkembangannya sebagai pusat industri dan transportasi pada masa kolonial Belanda memberikan fondasi kuat bagi eksistensinya hingga saat ini.