KORANLAPOS.COM - Pemerintah Kabupaten Lahat melalui Dinas Lingkungan Hidup targetkan di Tahun 2025 sebanyak 113 desa dan kelurahan ikuti program kampung iklim, Selasa 2 Juni 2024, dipusatkan di Taman Rekreasi Ribang Kemambang, Kota Lahat.
Kegiatan Festival Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 dibuka secara resmi oleh Pj Bupati Lahat Muhammad Farid SSTP MSi yang dalam hal ini diwakili oleh Assisten IL M Ikhsan Fadli dengan Pemukulan Gong didampingi Kadis Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lahat, Ir Agus Salman dan Unsur Forkopimda Kabupaten Lahat yang diwakili serta Staf Ahli dan OPD terkait dan undangan lainnya.
Adapun peserta yang mengikuti kegiatan Festival Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 berasal dari desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Lahat.
Pj Bupati Lahat Muhammad Farid SSTP MSi yang diwakili Assisten II, M Ichsan Fadli SIP MM mengatakan dalam sambutannya menyampaikan, puncak dari aksi-aksi lingkungan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lahat melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lahat dalam rangka untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada Tahun 2024 ini.
Krisis iklim dengan inovasi dan prinsip keadilan dari setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024.
"Pelaksanaannya tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lahat melalui Dinas Lingkungan Hidup, namun juga melibatkan masyarakat yang menjadi Lokus dan perusahaan yang merupakan Mitra Pemerintah," ujarnya.
Dikatakannya, alam bertahan hidup dengan berbagai isu negatif yang muncul di masyarakat adalah lebih mendominasi dalam hal penderitaan dari pada positif akibat kegiatan penambangan batubara.
"Isu tentang debu, panas karena pohon-pohon yang ditebang merupakan faktor di Kabupaten Lahat mengingat bahwa ini merupakan salah satu daerah tambang batubara dengan produksi terbesar di Sumatera Selatan," ujarnya.
Dikatakannya, bahwa tanpa disadari bahwa tidak hanya pembukaan lahan untuk tambang dan alat-alat penambangan dan pengangkutan batubara serta gas buang dari cerobong PLTU yang menjadi penyebab global warning, sehingga mengakibatkan perubahan iklim, namun itu juga dari aktivitas hidup sehari-hari.
"Perubahan iklim yang terjadi saat ini adalah bukti nyata atas ketidak bijaksanaan manusia dalam memanfaatkan," ujarnya. (*)