KORANLAPOS.COM - Gunung Anak Krakatau merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di Selat Sunda, Indonesia.
Gunung ini terbentuk dari letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang menghancurkan pulau induknya yang lebih besar.
BACA JUGA:Kabar Menggiurkan ! Realme GT 6 Rilis Global, Rumor Harga Samsung S25
Letusan ini menghasilkan tsunami besar yang menewaskan ribuan orang dan menciptakan suatu fenomena alam yang memikat.
Setelah letusan 1883, aktivitas vulkanik terus berlanjut di area tersebut, dan pada tahun 1927, sebuah kawah baru mulai muncul di lokasi bekas Gunung Krakatau.
Kawah ini kemudian tumbuh menjadi sebuah pulau baru yang dinamakan Anak Krakatau, atau Gunung Anak Krakatau.
BACA JUGA:Asal Mula Sate, Mengungkap Jejak Sejarah dan Kedudukannya dalam Budaya Kuliner
Gunung Anak Krakatau terus mengalami aktivitas vulkanik, dengan letusan-letusan kecil yang sering terjadi sejak awal abad ke-20.
Puncaknya yang terus-menerus tumbuh dan menurun adalah bukti dari aktivitas magma yang konstan di bawah permukaan laut.
Gunung Anak Krakatau terus-menerus aktif, dengan aktivitas letusan dan pembentukan lava yang terjadi secara periodik.
BACA JUGA:Ini Loh Sejarah Pempek Makanan Khas Palembang
Letusan-letusan kecil sering terjadi, meskipun beberapa di antaranya dapat menjadi lebih besar dan lebih berbahaya.
Pada Desember 2018, letusan hebat terjadi di Gunung Anak Krakatau, menyebabkan tsunami yang mengerikan di sekitar Selat Sunda, yang mengakibatkan kerusakan besar dan kehilangan nyawa.
BACA JUGA:Jumlah Santunan ASN Pensiun di Lahat Tahun Ini Sebanyak 197 Orang
Selain menjadi objek penelitian ilmiah yang penting, Gunung Anak Krakatau juga menarik para pengunjung dan ilmuwan untuk mempelajari evolusi geologis dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.