LAPOS, Pagar Alam - Kota Pagaralam selain sebagai Kota Wisata adalah Kota Perjuangan. Sebutan ini layak tersemat bagi Kota Pagaralam. Banyak orang mungkin belum tahu alasannya. Apalagi generasi muda milenial saat ini. Untuk ketahui Pagaralam ini dulunya adalah basis perjuangan di wilayah Sumatera Selatan.
Setelah melalui perlawanan sengit Belanda baru bisa menaklukkan Tanah Besemah tahun 1867. Perjuangan dan perlawanan rakyat Wilayah Tanah Besemah sekitar Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam sangat keras. Baru setelah percobaan penaklukan selama hampir 50 tahun Belanda berhasil.
Hal itu menjadikan wilayah ini daerah terakhir di Sumatera Selatan yang ditaklukkan Belanda. Usaha Belanda menguasai Tanah Besemah dimulai tahun 1821. Sebelum itu Belanda sama sekali belum masuk ke wilayah ini.
Budayawan Sumatera Selatan Johan Hanafiah dalam sekapur sirih buku 'Sumatera Selatan Melawan Penjajah Abad 19" menyebutkan bahwasanya perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19.
Belanda baru dapat menaklukkan orang-orang Pasemah setelah mendapatan perlawanan sengit yang berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Pasca kemerdekaan perjuangan rakyat Besemah melawan penjajah juga tidak berhenti. Agresi militer Belanda yang ingin menguasai kembali Tanah Besemah harus berhadapan dengan perlawanan keras rakyat Besemah.
Karena perlawanan keras itu banyak pejuang yang gugur dan itu pula yang membuat Pagaralam menjadi Kota Perjuangan. Para penerus generasi perjuangan di Kota Pagaralam dan Tanah Besemah pada umumnya banyak yang berkecimpung di bidang militer dan kepolisian. Tidak sedikit mereka menjadi jenderal dan membuat hadirnya jenderal di Pagaralam terus hadir sejak dulu sampai kini dan masa depan.
Sejak perang kemerdekaan para jenderal banyak bertempur di Tanah Besemah Pagaralam dan sekitarnya seperti Jenderal Bambang Utoyo, Yahya Bahar, Harun Sohar dan sebagainya. Pada masa yang lebih belakang ada mantan Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda Nanggroe Aceh Darussalam Mayjen TNI Hambali Hanafiah, Direktur Pendidikan Sesko TNI Brigjen TNI Chaidir Serunting Sakti, dan Kepala BIA Brigjen TNI Zamzami Hanafiah.
Juga ada Mayjen TNI Djunaidi Djahri (Irjen TNI AL), Brigjen TNI Mikdala Buchori (Karoren Dephan), Letnan Jenderal TNI Burhanudin Amin (Pangkostrad), Mayjen TNI Hendra Rizal (Kepala Staf Kostrad), dan Mayjen Syamsu Rizal (Danjen Kopassus) yang sekarang semua sudah pensiun atau Purnawirawan.