Harga Karet Anjlok, Petani Tanam Sawit
Sawit--
LAPOS, Lahat - Anjloknya harga karet membuat petani karet beralih ke perkebunan sawit dan kopi. Terutama di wilayah Kikim Area, dan beberapa daerah lainnya. Kebun karet sudah berganti menjadi kebun sawit, sementara kebun karet yang luasnya kurang dari 1 ha beralih ke kebun kopi.
Dari data Dinas Perkebunan Lahat untuk tahun 2022, lahan kebun karet sekitar 34.817 ha. Sementara pendataan di tahun 2023 hingga September, luas lahan karet sekitar 30.585 ha.
"Untuk tahun 2023 masih data sementara hingga September. Namun memang luas lahan karet di Lahat berkurang. Menjadi kebun sawit dan kebun kopi," ujar Kadis Perkebunan Lahat Vivi Anggraeni SSTP didampingi Kabid Produksi Okta Dinjaya, kemarin.
Sementara untuk data kebun sawit rakyat pada tahun 2022, berkisar 9.101 ha. Lalu pada tahun 2023 hingga September, luas lahan kebun sawit rakyat menjadi 13.244 ha.
"Salah satu penyebab kebun karet berubah menjadi kebun sawit, lantaran anjloknya harga karet. Sementara untuk sawit masih menjanjikan. Paling banyak penambahan kebun sawit di Kikim Area," sampainya.
Banyaknya beralih ke kebun sawit, maka penjualan bibit sawit unggul di penangkaran bibit juga meningkat. Artinya masyarakat mulai memiliki kesadaran. Untuk menghasilkan sawit yang berkualitas maka harus dengan bibit yang berkualitas pula. "Sementara untuk program, seperti, sosialisasi dan bimbingan ke petani serta peremajaan sawit pada tahun depan," lanjutnya.
Sementara untuk karet, pihaknya tidak bisa memprediksi harga apakah akan naik atau turun. Apalagi harga ditentukan dari Provinsi. Namun pihaknya tetap memberikan bantuan dan bimbingan kepada para petani. Serta tahun depan bantuan sarana dan prasarana perkebunan karet. "Yang jelas pengolahan karet harus bersih dan berkualitas. Agar harga tetap terjaga," sampainya.
Hendra, salah satu petani asal Kecamatan Lahat mengaku telah membabat habis kebun karetnya. Saat ini sudah ditanami dengan kebun sawit beberapa bulan lalu. "Ada sekitar 3 ha kebun karet dan ada tanaman kopi sedikit. Sekarang sudah ditanami sawit semua. Beli bibit di kawasan Kikim area," sampainya.
Sementara Ida warga Lahat, salah satu petani karet mengaku masih bertahan dan menjaga kebunnya. Memang diakuinya harga anjlok, namun kebun karetnya masih menghasilkan. "Kebun keluarga ada sekitar 55 ha kebun karet. Saat ini kami masih bertahan. Karena hasilnya masih lumayan karena banyak. Pembeli juga langsung datang ke kebun dan mengangkut hasil kebun, jadi biaya produksi tidak terlalu besar," ungkapnya.
Lalu Ermi petani karet dan kopi mengaku. Bahwa kebunnya akan ditanami kebun kopi. Lantaran luas kebun karet miliknya tidak terlalu luas kurang dari 1 ha. Sehingga akan diganti menjadi kebun kopi.
"Harganya rendah. Selain itu musim panas lalu getahnya kurang jadi jarang dipanen. Kebetulan kebun kopi yang bersebelahan dengan kebun karet menghasilkan disaat harga kopi sedang naik. Jadi akan dijadikan kebun kopi semua," ungkapnya. (zki)