Nabi Baru

--

Sampai selesai mengelilingi Kakbah, tujuh kali, mereka aman.  Matahari sudah terbit. Mereka mencari tempat untuk melaksanakan salat Idulfitri. Mereka pilih lokasi antara Hajar Aswad (pojokan Kakbah yang berbatu hitam) dengan makam Ibrahim. Nabi Muhammad yang jadi imam. Salat dua rakaat pun selesai. Aman. Tapi polisi Masjidilharam mulai memperhatikan mereka. Antara lain karena arus orang tawaf mulai tersendat di situ.

Usai jadi imam, nabi Muhammad bangkit. Meraih tongkat. Mereka membawa tongkat itu dari Medan. Muhammad pun mulai khotbah. Di situlah ia mendeklarasikan sebagai rasul dan nabi. Lengkap dengan argumentasi ayat-ayat Qurannnya. Dan suara lantangnya. Termasuk saat menyerukan "Ud 'u ni" –jadilah pengikutku. Itu diucapkan dalam bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Belum sampai khotbah itu selesai, polisi kian banyak. Mereka ditangkap. Diborgol. Tangan. Kaki. Dimasukkan mobil. Ditahan.

Selama 28 hari mereka tidak bisa mandi. Tidak ganti baju. Borgol terkunci permanen di tangan dan kaki. Jubahnya sudah disita. Pun tongkatnya. Tinggal baju putih panjang lengan panjang. "Sampai warnanya menjadi hijau berlumut," ujar Harmain.

Mereka beberapa kali diambil darah. Diperiksa. Kelihatannya akan dilihat apakah ada ditemukan kelainan jiwa. Hasilnya: sehat semua.

Di setiap pemeriksaan mereka tetap berpegang pada ayat bahwa harus ada nabi dan rasul di setiap kaum. Atau ayat akan turunnya Imam Mahdi –dan itu Al Jabir.

Bahwa nama Imam Mahdi itu Al Jabir dari Medan, mereka berhujah apa bedanya dengan ayat tentang akan munculnya nabi bernama Ahmad dan yang muncul kemudian ternyata bernama Muhammad SAW.

Mereka juga berhujah bahwa setiap zaman harus muncul rasul dan nabi. Untuk memperbaiki akhlak yang rusak –seperti sekarang ini.

"Kenapa harus ada nabi. Kan sudah ada ulama?" tanya saya.

"Tidak ada perintah dalam Quran untuk mengikuti ulama. Yang ada adalah perintah untuk mengikuti Allah dan rasul," ujar Harmain. Apalagi pendapat ulama berbeda-beda. Beda tafsir. Beda kepentingan.

Maka, menurut logika mereka, harus ada rasul. Barulah ummat menjadi baik lantaran ada perintah langsung Quran untuk taat kepada Allah dan rasul.

Logika mereka begitu. Keberadaan rasul suatu keharusan agar ada yang ditaati.

Saya pun beralih ke soal pribadi nabi Muhammad.

"Waktu kuliah dulu siapa yang menyuruh nabi Muhammad pilih prodi fisika murni?" tanya saya.

"Saya sendiri. Waktu SMP saya suka biologi. Waktu SMA sangat suka fisika. Lalu masuk fisika di USU," katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan