Pemegang Deliverology
Editor: Redaksi
|
Jumat , 22 Aug 2025 - 11:47

--
Oleh: Dahlan Iskan Jumat 22-08-2025 -- Bocoran dari para menteri ekonomi: Presiden Prabowo bisa minta rapat jam berapa saja. Hari apa saja. Tidak peduli larut malam. Pun akhir pekan. Tidak ada tanggal merah di kalender presiden. Saat para pegawai menikmati cuti bersama tanggal 18 Agustus Presiden memenuhi hari itu dengan rapat dan rapat. Bagi orang seperti Dr Yanuar Nugroho, yang lebih menarik adalah ”siapa yang lantas memonitor hasil rapat itu”. Dr Yanuar adalah salah satu ahli ilmu deliverology di Indonesia. Ia alumni Inggris --tempat lahirnya ilmu itu. Yanuar lulusan ITB teknik industri. Masuk tahun 1990, setelah tamat SMAN 3 Solo. Lalu ia ambil S-2 di Manchester (Information Systems Engineering). S3-nya juga di Manchester: Studi Inovasi. Masih lanjut postdoktoral di bidang Knowledge Dynamics, Sustainability, dan Political Economy of Technological Innovations and Social Change. Yanuar tidak langsung pulang. Ia diminta jadi dosen dan peneliti di University of Manchester Business School. "Saya pulang karena dipanggil pak Kuntoro tahun 2012," ujarnya. Di zaman Presiden SBY Kuntoro Mangkusubroto adalah pemegang kendali monitor pembangunan. "Siapa yang menjadi Pak Kuntoro-nya sekarang ini?" tanya saya pada Yanuar kemarin. "Saya juga tidak tahu," jawab Yanuar. "Di zaman Presiden Jokowi pemegang monitornya adalah KSP --Kepala Staf Presiden. Apakah saat ini KSP masih ada?" tanya saya lagi. "Saya tidak tahu juga," jawabnya. Saya sudah kenal Yanuar lama sekali. Saat ia masih sangat muda. Yakni ketika Yanuar bekerja di UKP4. Dr Kuntoro adalah kepala UKP4 --unit kerja presiden bidang pengawasan dan pengendalian pembangunan. Saya sering rapat di kantor UKP4. Di situ saya ”ditagih”: sampai di mana pelaksanaan program-program penting di bawah tanggung jawab saya. Kadang nagihnya sangat keras. Tentu banyak juga hambatan. Saya harus menunggu hambatan itu diselesaikan kementerian lain. Dalam Hal seperti itu kadang Pak Kuntoro membisiki saya sebelum rapat: "Nanti kamu bicara yang keras di rapat. Biar yang menghambat itu segera selesaikan tugasnya". Rapat pun dimulai. Saat giliran saya bicara saya mulai dengan kalimat begini: "Sebelum rapat tadi saya dibisiki Pak Kuntoro agar saya bicara keras. Maka saya akan bicara keras". Mendengar itu Pak Kuntoro mengepalkan tangan seperti akan meninju saya dari jauh. Suasana rapat pun cair. Kita saling bicara keras agar program yang terhambat bisa segera selesai. Ketika Presiden Jokowi menjabat presiden, Yanuar masih dibawa dari UKP4 ke KSP --dengan jabatan lebih tinggi. Tapi ia mengundurkan diri di pereode kedua Jokowi. Yanuar tidak tahu lagi apakah setelah itu KSP masih bebas politik. Kini Presiden Prabowo punya begitu banyak program besar. Saya hanya bisa menebak siapa yang memegang ”dashboard” program-program besar presiden. Tebakan pertama saya: Letkol Teddy. ”Dashboard” itu dipegang sendiri oleh sekretaris kabinet itu. Tebakan saya berikutnya: ”dashboard” itu dipegang oleh menteri sekretaris negara, Prasetyo Hadi. Atau dipegang langsung oleh Ketua Bappenas, Rachmat Pambudy. Entah yang mana. Mungkin tebakan saya itu salah semua. Anda coba tebak sendiri berdasar akses yang Anda miliki. Dalam ilmu deliverology lembaga seperti UKP4 atau KSP sering disebut ”pemegang dashboard”. Yakni dashboard pembangunan. Anda benar. Istilah dashboard diambil dari dashboard di mobil. Di dashboard mobil terlihat semua indikator jalannya mobil: kecepatan berapa, gasnya berapa, remnya berapa, suhu berapa, mana ban yang kurang angin, apakah waktunya ganti oli dan seterusnya. Pun di pembangunan. Khususnya program-program penting presiden. Semua harus terbaca di dashboard. Ada ilmunya di bidang itu. Anda sudah tahu: penemu ilmu ”dashboard” pembangunan adalah ilmuwan Inggris: Michael Barber. Saking pentingnya penemuan itu sampai kerajaan Inggris memberinya gelar ”Sir”. Begitu banyak buku yang ia tulis di bidang deliverology. Salah satunya pasti Anda sudah baca: How to Run a Government: So That Citizens Benefit and Taxpayers Don’t Go Crazy (2015). Yakni buku juklak praktis bagaimana menjalankan pemerintah secara efektif dan efisien. Masih banyak lagi bukunya di bidang itu. Sampai Inggris, Jepang, Singapura, dan banyak negara maju lainnya mengaku memanfaatkan ilmu dari Sir Michael Barber. Melihat banyaknya rapat yang dilakukan Presiden Prabowo saya membayangkan ”pemegang dashboard'” pemerintah sekarang pastilah tidak bisa meleng sekedipan pun --seperti seorang pembalap mobil Formula One --siap pun orangnya. Awas! Tikungan! (Dahlan Iskan)