Telat Merdeka Oleh: Dahlan Iskan

--

 

Minggu 17-08-2025

--

Kalau saja Indonesia merdeka 45 hari sebelum 17 Agustus 1945; mungkin kita lebih beruntung. Bisa punya pemenang hadiah Nobel.

Tokoh itu tewas dipancung tentara Jepang di Ancol tanggal 3 Juli 1945.

Anda sudah tahu siapa nama orang hebat itu: Achmad Mochtar. Setelah dihukum pancung oleh Jepang, mayatnya dimasukkan ke sumur rawa. Lokasinya, kini, di dalam lingkungan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Rawa-rawa di masa lalu.

Anda harus pernah sekali ziarah ke sana. Utamanya para dokter. Tapi Anda harus bayar Rp 150.000. Itu kalau Anda naik mobil bersama satu teman.

Bukan Achmad Mochtar yang mengenakan tarif itu. Tapi itu karena Anda harus melewati gerbang lokasi daerah wisata Taman Impian Jaya Ancol.

Menjelang 17 Agustus Jumat lalu saya ziarah ke makam Achmad Mochtar itu. Saya sudah mencoba jelaskan bahwa  saya tidak akan rekreasi. Hanya ziarah kubur. Tetap saja harus bayar Rp 150.000. Dugaan saya: itu karena saya tidak punya surat undangan dari Achmad Mochtar bahwa saya hanya akan ke makamnya.

Tidak diragukan lagi: Achmad Mochtar adalah dokter dan peneliti serius pertama yang dimiliki bangsa ini. Ia-lah yang menemukan teori bahwa orang yang mengalami kekurangan vitamin B1 bisa meninggal dunia --karena sakit beri-beri.

Jenis sakit itu pula yang menyebabkan direktur lembaga penelitian penyakit menular dan genom terkemuka, Lembaga  Eijkman, meninggal dunia. Ia berkebangsaan Belanda. Profesor. Dokter. Namanya Anda sudah tahu: W.K. Martens.

Martens juga ditangkap tentara Jepang. Seluruh peneliti dan staf di lembaga Eijkman ditangkap Jepang. Tuduhannya: sabotase. Lewat vaksin. Ratusan orang yang disuntik vaksin bikinan Eijkman meninggal dunia.

Vaksin itu dibuat atas perintah tentara Jepang. Begitu semua yang divaksin mati, W.K. Martens ditangkap. Ditahan. Ia tewas di tempat tahanan Jepang. Achmad Mochtar diangkat sebagai penggantinya. Kali pertama orang Indonesia memimpin lembaga penelitian begitu bermutu. Termasuk menemukan obat untuk sakit malaria yang sangat ganas kala itu.

Begitu ganasnya malaria di Jakarta, zaman itu, sampai Belanda membangun Istana di dekat Gambir --Istana Merdeka sekarang. Kota lama Jakarta dianggap rawan malaria --Jakarta Kota sekarang.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan