Harga Kopi di Empat Lawang Turun, Kini Hanya Rp45 Ribu per Kilogram

Foto: Petani kopi di Empat Lawang saat menggiling hasil panen kopi secara tradisional. (Istimewa / Lapos)-Koranlapos.com-Sumantri
Empat Lawang, Koranlapos.com – Petani kopi di Kabupaten Empat Lawang kembali dibuat resah. Harga jual kopi yang menjadi andalan utama ekonomi masyarakat setempat terus mengalami penurunan drastis dalam beberapa minggu terakhir. Jika sebelumnya harga sempat menembus angka Rp70.000 per kilogram, kini anjlok menjadi hanya Rp45.000 per kilogram.
Tren penurunan ini berlangsung secara bertahap sejak satu bulan terakhir. Dari harga Rp70.000, turun ke Rp65.000, lalu Rp60.000, Rp55.000, hingga sempat menyentuh angka terendah Rp44.000 per kilogram. Meski hari ini sempat naik sedikit menjadi Rp45.000, namun nominal tersebut masih jauh dari harapan para petani.
“Hari ini sebenarnya naik sedikit, karena kemarin sempat turun ke Rp44 ribu per kilogram. Tapi tetap saja, ini masih terlalu rendah bagi kami petani,” ujar Yansah, salah satu petani kopi asal Kecamatan Ulu Musi, saat ditemui pada Kamis (18/7/2025).
BACA JUGA:Peda KTNA Sumsel di Empat Lawang, Tampilkan Produk Unggulan Lokal
BACA JUGA: Sinergi Satu Data, Bupati Empat Lawang Terima Audiensi BPS
Ia menjelaskan, penurunan harga mulai dirasakan sejak menjelang perayaan Idul Adha. Momen itu bertepatan dengan libur sekolah dan musim panen raya, saat sebagian besar petani mulai memanen buah kopi secara serentak.
“Biasanya menjelang Idul Adha memang harga mulai fluktuatif. Tapi kali ini jatuhnya cukup dalam. Banyak petani yang panen bersamaan, jadi suplai berlimpah, mungkin itu yang bikin harga turun,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan Apip, petani kopi dari Kecamatan Muara Pinang. Ia sempat menjual hasil panen awal dengan harga tinggi saat panen belum meluas.
“Saya sempat jual di harga Rp71 ribu per kilo waktu buah kopi baru mengeras dan belum banyak yang panen. Tapi sekarang? Begitu banyak yang mulai petik, langsung harganya nyungsep,” keluhnya.
Menurut para petani, harga di bawah Rp50.000 per kilogram tidak memberikan margin keuntungan yang layak, mengingat biaya produksi dan tenaga kerja yang mereka keluarkan cukup tinggi. Dalam kondisi normal, harga ideal agar petani masih bisa untung minimal berada di kisaran Rp60.000 hingga Rp65.000 per kilogram.
Penurunan harga ini pun dikhawatirkan akan berdampak luas terhadap ekonomi masyarakat desa yang mayoritas menggantungkan hidup dari sektor perkebunan kopi. Apalagi di beberapa wilayah, hasil panen tahun ini cukup melimpah berkat cuaca yang mendukung dan perawatan tanaman yang optimal.
“Kami berharap pemerintah bisa bantu mencari solusi, entah itu melalui stabilisasi harga atau membuka akses pasar yang lebih luas, supaya harga bisa kembali naik,” tambah Yansah.