Dag-Dig-Dug Danantara

--
Di sela-sela rapat itu saya perlu ruang rapat yang tidak jauh dari DPR. Ke gedung itulah rapat-rapat koordinasi BUMN dipindahkan. Lalu balik lagi ke DPR. Kembali lagi ke gedung itu. Lebih hemat waktu. Dari pada balik ke Kementerian BUMN di dekat Monas.
Tentu saya pernah menaiki tangga daruratnya. Mendaki pakai kaki. Sampai lantai 32. Itu sudah menjadi kebiasaan saya bila Jakarta hujan pagi-pagi –mengalihkan tempat olahraga. Dari lapangan Monas ke gedung-gedung tinggi milik BUMN. Secara bergilir.
Lantaran Jakarta sering hujan pagi, saya pun sudah pernah menaiki semua tangga darurat gedung pencakar langit BUMN. Termasuk yang kini jadi Wisma Danantara. Tidak jarang saya menemukan tangga darurat itu dipakai tempat menumpuk barang tidak terpakai. Saya infokan itu ke manajemen gedungnya. Tidak boleh seperti itu.
Direksi Danantara pasti kerasan berkantor di situ. Nyaman. Bisa banyak lahir ide terobosan. Terutama agar bisa membantu Presiden Prabowo Subianto untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Itu pula yang ditegaskan CEO Danantara Rosan Roeslani di depan Presiden Prabowo di saat peresmian kantor itu kemarin.
Delapan Persen.
Alangkah beratnya. Tapi Rosan seperti tidak berat mengucapkan dukungannya itu. Mungkin karena ia tidak menyebutkan itu sudah akan terjadi tahun ini. Mungkin bukan tahun ini. Tahun depan. Atau depannya lagi. Bisa juga depannya depan lagi.
Anda sudah tahu: Danantara akan mendapatkan uang dari dua sumber. Kumpulan dividen-dividen BUMN dan hasil investasinya sendiri. Dividen dari BUMN bisa diputar Danantara di investasi untuk meraih laba.