Wabup Lahat Dukung Penuh Pendidikan Inklusi

Wakil Bupati Lahat Widia Ningsih SH MH,-Koranlapos.com-Tiara Lahat Pos

KORANLAPOS.COM - Wakil Bupati Lahat, Widia Ningsih SH MH secara tegas menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif mendirikan sekolah inklusif di kawasan Merapi Area, menanggapi permintaan yang diajukan oleh Dinas Pendidikan. 

Penegasan ini disampaikan Widia dengan menitikberatkan pada prinsip kesetaraan akses pendidikan bagi setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus dan disabilitas.

Widia menjelaskan bahwa wacana tentang pendidikan inklusif bukanlah hal baru di lingkungan pemerintahan Lahat. Isu ini, katanya, bahkan telah menjadi pembahasan serius dalam pandangan fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lahat. 

"Ini dibawa di pandangan fraksi DPRD yang mengatakan harus ada kesetaraan dengan givabble, juga disabilitas, dan mungkin anak-anak yang luar biasa," jelasnya.

BACA JUGA:Wakil Bupati Lahat Tegaskan Komitmen Pendidikan Merata Tidak Membedakan

Ia menggarisbawahi bagaimana legislatif pun memiliki visi yang sejalan dengan eksekutif dalam mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.

Secara pribadi, Widia menyatakan komitmennya untuk mengawal dan mendukung program-program pendidikan inklusif yang digulirkan oleh pemerintah pusat. 

"Jadi saya mendukung memang program-program dari pusat tentang pendidikan inklusi," tegasnya. 

Baginya, pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan fundamental dalam sistem pendidikan yang mampu merangkul seluruh spektrum peserta didik, tanpa terkecuali. 

"Jadi pendidikan yang menyentuh seluruhnya, baik itu anak-anak yang berkebutuhan khusus maupun anak-anak normal," kata Widia.

Di Kabupaten Lahat sendiri, embrio pendidikan inklusif sudah mulai terlihat, dengan salah satu contohnya adalah di SD 2 Merapi Barat. Di sekolah ini, anak-anak berkebutuhan khusus telah berhasil diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar bersama dengan siswa-siswi pada umumnya. 

Ini menjadi bukti konkret bahwa model pendidikan inklusif bisa diterapkan. Namun, Widia tidak menampik bahwa jalan menuju implementasi pendidikan inklusif yang menyeluruh masih dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan.

"Tapi memang kita masih keterbatasan, yaitu dana dan juga SDM, guru-guru yang memang ilmunya untuk menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus," ungkapnya.

Keterbatasan pada aspek pendanaan dan ketersediaan sumber daya manusia, khususnya tenaga pendidik yang terlatih secara spesifik untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus, menjadi kendala utama yang perlu segera diatasi. Ini bukan hanya masalah lokal, melainkan memerlukan sinergi dengan pihak yang lebih tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan