Beijing Amerika

--

 

Memang ada hotel di dekat bandara. Regal. Tinggal jalan kaki. Tapi harus pasporan. Juga harus bayar. Padahal sudah telanjur bangga baru saja bikin keputusan besar telah berhasil menghemat Rp 10 juta.

 

Ternyata, setelah mandi malam, saya baru tahu lounge itu tutup pukul 01.30. Baru akan buka lagi pukul 05.00.

 

Setelah makan-makan saya lihat jam di HP: sudah pukul 23.00. Tidak berani tidur lesehan di kursi. Khawatir keterusan. Ya sudah, menulis naskah untuk Disway saja.

 

Setelah ''terusir'' di pukul 01.30 saya ke ruang tunggu di dekat gate. Ada ratusan kursi yang kosong. Bisa sandaran di kursi di ruang tunggu ekonomi. Toh banyak juga penumpang yang senasib. Bahkan beberapa wanita bule tidur di lantai dengan pulasnya. Lantai karpetnya tebal.

 

Walhasil satu malam suntuk tidak bisa tidur. Baru untung Rp 10 juta, sudah rugi entah berapa juta –kalau saja jatuh sakit.

 

Pukul 05.30 balik lagi ke business lounge. Mandi. Sarapan. Killing time. Tahan kantuk. Toh akan 15 jam di dalam pesawat. Bisa balas dendam tidur pulas di pesawat –tanpa takut diusir keluar. Makanya saya sarapan dengan kenyangnya. Mumpung gratis. Perasaan saya itu gratis. Padahal sudah include di dalam tiket. Dengan sarapan kenyang saya bisa berpesan ke pramugari: kalau tertidur jangan dibangunkan –untuk makan.

 

Saya pun tidur pulas. Sampai mimpi betapa hebat penghematan Rp 10 juta yang bisa saya lakukan. Jangan-jangan saya tersenyum-senyum saat mimpi itu.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan