Bambu Lentur

--
Tapi penampilan Ahmad Sharaa kemarin jauh dari kesan seorang teroris yang garang dan bengis. Ahmad Sharaa pakai jas dan dasi klimis. Jenggotnya yang lebat dan hitam ditata seperti baru keluar dari salon. Gerak-gerik badannya sangat lembut, sopan dan tawaduk –untuk ukuran seorang teroris seharga Rp 170 miliar.
Trump sampai sangat terkesan kepadanya. Kepada media, Trump sampai menilai Ahmad Sharaa adalah orang "muda, atraktif, dan sosok yang tangguh".
Muda itu pasti –di mata orang setua saya. Atau di mata para presiden dunia. Umurnya 42 tahun. Nama terorisnya: Abu Muhammad Al Julani.
Saya tidak tahu dari sudut mana Trump menilai ia atraktif. Mungkin dari pakaian dan penataan rambut dan brewoknya. Mungkin Trump berpikir ''kok beda'' dengan yang ia bayangkan.
Bahwa ia sosok yang tangguh tentu bisa dilihat dari latar belakangnya: mampu memimpin gerakan penggulingan diktator dinasti dua generasi di Syria: Bashar al-Assad. Juga bisa dilihat dari kemampuannya menyatukan faksi-faksi beda aliran di kelompok penentang Bashar al-Assad.
Sudah enam bulan Ahmad Sharaa menjadi presiden sementara Syria. Letupan-letupan ketidakpuasan sudah mulai muncul. Saling tembak masih sering terjadi. Belum terbentuk tentara nasional Syria.
Suasana di dalam angkatan bersenjata Syria sekarang mungkin mirip dengan Indonesia enam bulan setelah merdeka 17 Agustus 1945. Pasti banyak muncul kolonel-kolonel yang memerankan diri sebagai Jenderal Nagabonar.
Kalau tidak ada perbaikan ekonomi, masa-masa seperti itu akan lebih sulit dikendalikan. Syria bisa kian tidak stabil. Lalu pecah pemberontakan atau perang sipil.