Debat Santri

Santri--

 

Debat Santri nanti pun seperti itu. Bebas. Boleh atas nama pondok pesantren, boleh juga tim independen.

 

Di babak penyisihan sistemnya gugur. Satu tim bertemu dengan tim lain. Pemenangnya masuk tahap berikutnya. Baru di babak finallah lima tim bertemu di satu debat.

 

Masih ada waktu. Masih terbuka ide baru agar jalannya debat lebih seru.

 

Novi sendiri yang jadi ketua dewan juri. Juri lainnya dari Masjid Cheng Ho dan dari alumnus santri yang seperti Novi, pandai bahasa Mandarin.

 

Novi adalah doktor ilmu politik dari Guangzhou. Setelah menjadi santri di pondok Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Novi kuliah di Xiamen. Lalu kuliah S-2 juga di Xiamen. Baru doktornya di Guangzhou. Disertasi doktornya ia tulis dalam bahasa Mandarin.

 

Denza jalan terus. Kang Sahidin menikmati setirnya. Belum sampai Sarang, Rembang, rapat sudah selesai. Saya tunjukkan ke Novi di mana pondok Sarang-nya almarhum Mbah Maimun. "Itu, kanan jalan itu," kata saya. Saya pernah sowan ke Mbah Maimun Zubair di situ.

 

Kami pun sepakat tidak langsung ke Lasem. Tidak jauh setelah melewati Sarang, kami belok kiri. Mampir ke pondok pesantrennya Gus Baha. Begitu top nama Gus Baha di dunia dakwah. Saya ingin sowan.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan