Anak-anak muda ini kemudian menerjemahkan perasaan buruk ini menjadi kebiasaan belanja yang buruk," tambahnya.
Akibat perilaku doom spending, Baeckstrom memperkirakan generasi Z dan milenial akan menjadi lebih miskin dibanding generasi sebelumnya.
"Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama. Ada perasaan bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda," Ujarnya.
Di satu sisi, generasi Z juga dikenal lebih sadar akan kesehatan mental, dan belanja menjadi salah satu cara untuk mencari "pelipur lara" dari kecemasan. Namun, dampaknya adalah peningkatan utang, terutama penggunaan kartu kredit atau layanan "beli sekarang, bayar nanti" (BNPL), yang menambah beban finansial di masa depan.
Fernandez Generasi Z yang terjebak dalam Doom Spending mengatakan, "Saya menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli barang yang tidak berguna, hal tersebut saya lakukan hanya untuk perasaan ingin melarikan diri,".
Lanjut Fernandes yang mengaku tidak sendirian, tetapi orang disekitarnya juga mengalami Doom Spending.
"Bukan hanya saya. Itu adalah sesuatu yang terjadi di lingkungan saya," katanya.
Daivik Goel, pendiri perusahaan rintisan berusia 25 tahun yang tinggal di Silicon Valley, mengatakan bahwa ia adalah seorang yang suka menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting ketika bekerja sebagai manajer produk di perusahaan rintisan bioteknologi.